Monday, April 7, 2025
HomeAnalisa AngkutanGegara Hal Ini, Pesawat Airbus A340 Lufthansa Terpaksa Terbang “Flight to Nowhere”

Gegara Hal Ini, Pesawat Airbus A340 Lufthansa Terpaksa Terbang “Flight to Nowhere”

Belum lama ini, pesawat Airbus A340-300 Lufthansa dilaporkan terbang flight to nowhere. Tak seperti maskapai lainnya, Lufthansa menjajaki ini dengan terpaksa. Alhasil, bukan kesenangan yang didapat, justru penumpang malah dibuat khawatir karenanya.

Baca juga: Usai Flight to Nowhere, Qantas Luncurkan “Flight Mystery,” Apa Itu?

Sejak awal pandemi Covid-19 tahun lalu, maskapai penerbangan dunia memang bisa dibilang mati suri. Tak ingin tinggal diam, beberapa di antaranya pun memulai terobosan dengan meluncurkan program flight to nowhere atau terbang keliling suatu negara atau negara tetangga untuk kemudian mendarat di bandara yang sama.

Hingga kini, flight to nowhere tercatat sudah dilakoni oleh banyak maskapai, mulai dari EVA Air, China Airlines, dan All Nippon Airways (ANA), Royal Brunei Airlines, Thai Airways, dan Qantas. Dua maskapai lain, yaitu Singapore Airlines dan Korean Air, sebetulnya nyaris melakoni program tersebut. Hanya saja, dua maskapai itu batal merealisasikannya.

Akan tetapi, itu masih jauh lebih baik ketimbang menjalankan program tersebut namun dengan terpaksa. Seperti yang dialami Lufthansa.

Dilansir Simple Flying dari The Aviation Herald, pada 16 Maret lalu, pesawat A340-300 maskapai nasional Jerman itu dilaporkan menjalani flight to nowhere dari Bandara Cancún, Meksiko. Awalnya, pesawat dengan nomor penerbangan LH515 itu tidak berniat menjalani penerbangan flight to nowhere.

Setelah sekitar satu jam, mesin CFM56 nomor tiga dilaporkan mengalami masalah. Meski demikian, mesin tak sampai mengeluarkan asap maupun api. Tak ingin mengambil risiko, pilot mematikan mesin pesawat dan memutuskan turn around atau return to base atau putar balik dari ketinggian 31 ribu kaki, tak jauh dari garis pantai Kuba.

Tak lama kemudian, pesawat turun ke ketinggian 28 ribu kaki, kemudian 20 ribu kaki, dan mendarat dengan selamat di runway 12R di bandara semula, kurang lebih dua jam setelah lepas landas. Belum diketahui secara pasti penyebab kerusakan pada mesin pesawat berusia sekitar 20 tahun itu, mengingat proses penyelidikan masih dilakukan.

Sebelum mulai beroperasi, sebuah pesawat komersial yang dioperasikan maskapai diketahui harus melalui serangkaian uji sertifikasi. Di antaranya ialah sertifikasi Extended-range Twin-engine Operational Performance Standards (ETOPS).

Baca juga: Bisakah Airbus A380 Terbang dengan Satu Mesin? Ini Jawabannya

Secara singkat, ETOPS bisa diartikan sebagai kemampuan pesawat terbang di luar kondisi normal. ETOPS sendiri memiliki beberapa kelas, mulai dari ETOPS 75, 90, 120/138, 180/207, hingga 370. Angka yang tertera di akhir merupakan durasi yang diijinkan untuk pesawat mengudara hanya dengan satu mesin.

Biasanya, sebuah maskapai penerbangan akan mendapatkan ijin ETOPS dari kelas yang paling bawah, yaitu ETOPS 75. Bukan tidak mungkin perijinian ETOPS tersebut akan ditingkatkan dengan cara melewati serangkaian tahapan terlebih dahulu.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru