Wabah Covid-19 memang merubah banyak hal, tak terkecuali kecenderungan masyarakat dalam memilih moda transportasi. Belum lama ini, hasil jajak pendapat di Inggris menemukan, masyarakat menilai kereta lebih membuat mereka merasa aman dibanding pesawat.
Baca juga: Kejar Target Produksi Pesawat Tanpa Emisi di 2035, Airbus Pertimbangkan Penggunaan Hidrogen
Tak hanya itu, dalam proyek yang digagas Sky News melalui YouGov, sebuah perusahaan riset pasar dan analitik data internasional berbasis internet, sekitar kurang dari tujuh persen warga mengaku nyaman dan percaya diri bepergian dengan pesawat serta 40 persen lainnya mengaku merasa tak aman.
Kondisi tersebut tentu menjadi berkah buat Uni Eropa. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu, Komisi Eropa memang sudah berniat menjadikan tahun 2021 sebagai “Tahun Kereta Eropa”, yakni wujud dari dukungan untuk Kesepatan Hijau Eropa (European Green Deal).
“Tahun Kereta Eropa” nantinya menjadi landasan utama negara-negara Uni Eropa untuk mengembangkan akses jaringan kereta api di seluruh sudut kawasan serta mempromosikan perjalanan dengan menggunakan moda transportasi itu.
Tujuan besar dari langkah-langkah di atas tentu mengarah pada turunnya emisi gas rumah kaca (netralitas iklim) pada 2050 mendatang. Bila berhasil, Uni Eropa akan menjadi benua “blok netral-iklim” pertama di dunia, mengalahkan paket stimulus Green New Deal yang diusulkan Amerika Serikat. Target terdekat dalam Kesepatan Hijau Eropa terjadi pada 2030 mendatang, dimana emisi gas rumah kaca diproyeksikan turun hingga 55 persen.
Uni Eropa saat ini tercatat menyumbang seperempat dari emisi gas rumah kaca dunia dari seluruh jaringan moda transportasi mereka. Tak ayal, dengan catatan tersebut, mereka bertekad untuk mengejar laju dekarbonisasi -salah satunya memasifkan penggunaan kereta api- sambil terus meningkatkan laju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
“Tidak ada keraguan bahwa transportasi kereta api memiliki manfaat besar di sebagian besar wilayah: keberlanjutan, keselamatan, bahkan kecepatan, setelah diorganisasikan dan direkayasa sesuai dengan prinsip-prinsip abad ke-21,” ujar Komisioner untuk Transportasi, Adina Vălean, saat launching proposal “Tahun Kereta Eropa” Maret lalu, sebagaimana dikutip KabarPenumpang.com dari Euronews.
Menariknya, sejumlah pembatasan perjalanan yang masih berlaku di beberapa negara membuat masyarakat dinilai terdorong untuk lebih menggunakan moda transportasi berkelanjutan seperti kereta. Terlebih, perjalanan kereta domestik atau kawasan (kecuali di negara-negara kepulauan) juga lebih meningkat dibanding periode pra lockdown.
Kondisi tersebut diprediksi akan terus berjalan sampai tahun 2021. Survei menemukan, sekalipun perjalanan internasional sudah kembali aman, mereka (masyarakat) tetap ingin travelling tak terlalu jauh.
Ffestoniog Travel, sebuah perusahaan yang menyelenggarakan tur kereta api di seluruh dunia, menemukan bahwa hampir 85 persen pelanggannya merencanakan berlibur di Eropa pada tahun 2021. Perancis, Jerman, Portugal, dan Swiss masih menjadi pilihan berlibur populer di Eropa (dengan kereta api) pasca lockdown.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) sendiri belum merespon proposal tersebut. Pada tahun 2018, IATA memprediksi bahwa jumlah penumpang yang bepergian melalui udara akan mencapai 8,2 miliar pada tahun 2037. Sebelum Covid-19 mewabah, 40,3 juta penerbangan dijadwalkan lepas landas di seluruh dunia pada tahun 2020, meskipun pada akhirnya harus turun menjadi sekitar 23,1 juta dan diperkirakan akan tetap rendah di 2021.
Saat ini, perjalanan udara disinyalir menyumbang antara 2-3 persen dari emisi karbon dunia, tetapi persentase untuk itu setara dengan 4,5 miliar perjalanan penumpang, pergerakan 64 juta metrik ton kargo dan sepertiga dari perdagangan global dunia. Di samping itu, penerbangan juga menopang 65 juta pekerjaan.
Baca juga: Lima Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Pesawat di Masa Depan, Nomor Dua Aneh!
Upaya untuk memberlakukan transportasi udara ramah lingkungan sebetulnya sudah menggaung di seluruh dunia. Bahkan, Norwegia, negara yang terletak di Semenanjung Skandinavia bagian ujung barat yang berbatasan dengan Swedia, Finlandia, dan Rusia tersebut sudah berikrar akan membuat seluruh penerbangan jarak pendek dalam negeri wajib menggunakan pesawat listrik pada 2040.
Hanya saja, langkah dunia untuk mewujudkan transportasi udara menggunakan bahan bakar berkelanjutan masih terkendala di teknologi dan investasi. Sebab, ekosistem serta mobilitas transportasi udara yang cepat harus didukung dengan infrastruktur yang masif.