Dibanding Vietnam dan Kamboja, Myanmar jauh lebih sepi didatangi oleh tamu asing, lantaran pemerintahan yang masih dipimpin Junta Militer membuat iklim usaha dan wisata di Negeri asal Aung San Suu Kyi ini kurang menarik dan terlihat ‘mengerikan’ untuk didatangi. Namun perlahan, negara anggota ASEAN ini mulai berbenah, mulai ada sentuhan demokrasi dan berbagai sanksi internasional untuk Myanmar telah dicabut.
Menyikapi peluang Myanmar yang kini mulai membuka diri, pada 14 Juli 2015 lalu, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Dr Ito Sumardi mengatakan bila Myanmar Airlines International (MAI) dan Garuda Indonesia telah menandatangani kesepakatan kerjasama, namun sayangnya sampai saat ini tidak ada kelanjutan tentang langkah kerjasama tersebut.
Baca juga: Lakukan Go Around, Pilot Garuda Indonesia GA425 Selamatkan Penerbangan dari Petaka
“Sayangnya Myanmar belum siap untuk mengizinkan penerbangan langsung dari Indonesia ke Myanmar saat itu. Saya masih berusaha keras untuk meminta Myanmar, jika memungkinkan kita bisa mengatur penerbangan dari Jakarta ke Yangon karena di Indonesia banyak orang ingin berkunjung ke Myanmar,” kata Sumardi yang dikutip KabarPenumpang.com dari mmtimes.com (17/7/2017).
Sumardi menagatakan, dirinya akan mencoba untuk meminta pemerintah Myanmar agar memberi kesempatan bagi Indonesia bisa membuka penerbangan langsung ke Myanmar. Apalagi keadaan ekonomi Myanmar yang mulai berubah setelah pencabutan sanksi internasional tahun lalu dan Myanmar menawarkan potensi besar bagi investor asing yang akan merambah ekonomi negara yang dulu dikenal sebagai “Birma.”
Baca juga: Pulau Rote, Strategis Bagi Perbatasan, Inilah Keindahan di Ujung Selatan Indonesia
“Kedubes kami berupaya membawa delegasi bisnis Indonesia untuk melihat peluang investasi di sini (Myanmar). Semoga nanti salah satu organisasi dari Indonesia dapat mempromosikan bisnis pariwisata,” ujar Sumardi.
Hingga kini diketahui, jumlah kunjungan wisawatan Myanmar ke Indonesia meningkat. Wakil Direktur Kementerian pariwisata Indonesia, Pupung Thariq Fadhillah mengatakan, saat ini sudah ada sekitar 25.000 pelacong Myanmar ke Indonesia tahun 2015 lalu. Tak hanya itu, untuk pertama kalinya Kementerian Pariwisata Indonesia bersama dengan 10 operator berangkat ke Myanmar untuk mempromosikan kegiatan pariwisata antar kedua negara.
Baca juga: Desa Pelangi, Ubah Wilayah Padat dan Kumuh Jadi Tujuan Wisata
“Sebenarnya ini adalah acara singkat untuk promosi pariwisata, kami akan melakukan langkah demi langkah dalam jangka panjang. Dengan melakukan kegiatan ini kita bisa mendapatkan kontak bisnis dan mitra dari kedua negara, “kata Fadhillah. Dia menambahkan, Indonesia berencana untuk menyelenggarakan acara serupa di bulan September di Myanmar. Ini karena sangat penting untuk menghubungkan kedua negara, khususnya agar menuju Myanmar tak perlu harus transit di Bangkok (Thailand), Singapura ataupun Malaysia. “Saya harap frekuensi penerbangan akan meningkat sepanjang tahun, “katanya.
Hingga kini salah satu maskapai yang memiliki rute Indonesia menuju Yangon hanya Jetstar Airlines dan itupun tetap transit di Singapura. Managing Director Electra Tour, Robbie Arisutantyo mengatakan, bahwa masa depan pariwisata Myanmar sangat bagus, dan banyak hal menarik di dalmnya sehingga pihaknya bisa menjual paket wisata ke masyarakat di Indonesia.
Baca juga: Pulau Miangas, Garda Terdepan Yang Eksotis di Utara Indonesia
“Acara ini akan mendorong lebih banyak orang untuk melakukan perjalanan ke Indonesia dan beberapa di antaranya sudah berkunjung ke Indonesia,” ujar Robbie. Menurut data dari Kementerian Pariwisata Indonesia, mereka menerima lebih dari 12 juta turis internasional pada 2016, empat kali lebih banyak dari pendatang di Myanmar. Indonesia menargetkan meraup 15 juta wisatawan tahun ini.