Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanGanti Direktur dan Komisaris, Bagaimana Nasib Drone Kargo Garuda Indonesia?

Ganti Direktur dan Komisaris, Bagaimana Nasib Drone Kargo Garuda Indonesia?

Eks Direktur Kargo dan Pengembangan Garuda Indonesia, Muhammad Iqbal, dalam sebuah kesempatan pernah menyebut bahwa pihaknya akan memulai fase uji coba proyek drone kargo pada Januari 2020. Proyek tersebut menggunakan drone kargo BZK-005 besutan Beihang, Cina, dan direncanakan akan menjalani fase uji coba selama tiga bulan (sampai Maret), dengan didampingi oleh perwakilan ahli dari pihak pengembang, sebelum mulai beroperasi secara komersial pada 2021.

Baca juga: Beihang BZK-005, Inilah Alasan Garuda Indonesia Pilih Drone Kargo Buatan Cina

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, terlebih, setelah perombakan jajaran direksi dan komisaris besar-besaran, proyek ambisius tersebut pun seperti hilang bak ditelan bumi. Bahkan, memasuki bulan Februari, dimana dalam roadmap direksi sebelumnya adalah bulan kedua uji coba drone kargo, belum terdapat tanda-tanda proyek tersebut akan dijalankan.

Meskipun demikian, dalam acara talkshow bersama awak media beberapa waktu lalu, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menegaskan, perusahaan pelat merah yang kini dipimpinnya tersebut akan melanjutkan segala apa yang sudah baik. Adapun yang kurang baik, ia berjanji akan memperbaikinya.

Di antara perbaikan-perbaikan yang dilakukan salah satunya adalah masalah kargo. Di bawah kepemimpinannya, divisi kargo dan divisi niaga kini dibuat menjadi satu kesatuan yang dikomandoi oleh Direktur Niaga dan Kargo M. Rizal Pahlevi.

“Karena kan pesawat itu atasnya orang bawahnya barang. Jadi, kenapa ga kita satukan aja manajemennya. Jadi kargo dan niaga itu tak terpisahkan, jadi jika sewaktu-waktu penumpang menurun, kargonya bisa kita penuhin dan sebaliknya,” kata Irfan.

Namun, di antara penjelasannya tentang arah dan kebijakan Garuda Indonesia, termasuk di dalamnya terkait drone kargo, ia sama sekali tidak menyinggungnya. Bahkan, cenderung menghindari pertanyaan tersebut, sekalipun pada momen sebelumnya ia telah menegaskan akan tetap melanjutkan apapun yang baik dari manajemen sebelumnya.

Pertanyaan pun kemudian muncul, apakah sama definisi baik dan buruk yang dimaksud direksi Garuda Indonesia saat ini dengan direksi sebelumnya? Tentu saja hal yang mesti dijawab oleh para petinggi maskapai yang mendapat penghargaan On Time Performance (OTP) terbaik versi OAG Flightview pada 2018 tersebut. Redaksi KabarPenumpang.com sendiri hingga berita ini diturunkan, sudah coba menghubungi pihak Garuda Indonesia. Namun sayang, kami belum mendapatkan jawaban tentang kejelasan nasib drone kargo ini.

Akan tetapi, bila melihat dari kondisi keuangan dan posisi hutang Garuda Indonesia saat ini, ditambah kasus virus corona yang memaksa maskapai menutup rute dari dan ke Cina, yang notabene menjadi salah satu rute ‘gemuk’ Garuda, tentu kecil kemungkinan proyek tersebut akan berjalan dalam waktu dekat. Terkait kondisi keuangan Garuda Indonesia saat ini pun, seorang mantan direksi Garuda Indonesia yang tak ingin disebutkan namanya, ketika dimintai pendapat perihal kelanjutan drone kargo, ia hanya menjawab singkat, “memang duitnya ada?”.

Baca juga: Dibanding Drone Kargo Garuda Indonesia, Kapasitas Payload Drone Feihong-98 Lebih Besar

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, jajaran direksi yang lama pernah mengatakan bahwa dalam roadmap-nya, mereka akan mendatangkan 100 unit drone kargo BZK-005 dan 50 unit drone kargo VTOL (Vertical Take-Off Landing) pada 2020 dan mulai diimplementasikan secara komersial pada tahun 2021 mendatang.

Dengan beroperasinya drone kargo, Garuda Indonesia, kala itu, memastikan biaya jasa kargo nantinya dapat turun hingga 30 persen. Dalam fase uji coba di Januari 2020, drone BZK-005 akan membawa payload seberat 500 kg, sementara kapasitas kargo maksimal yang dapat digotong mencapai 1.200 kg.

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

  1. Drone kargo adalah proyek besar namun belum mendapatkan jawaban tentang kejelasan nasib drone kargo ini. Dan juga adanya pendapat “Karena kan pesawat itu atasnya orang bawahnya barang. Jadi, kenapa ga kita satukan aja manajemennya. Jadi kargo dan niaga itu tak terpisahkan, jadi jika sewaktu-waktu penumpang menurun, kargonya bisa kita penuhin dan sebaliknya,” kata Irfan. Justru akan membuat penumpang jadi tidak nyaman dalam perjalanan dipesawat.

- Advertisment -

Yang Terbaru