Fase 2 MRT Jakarta kembali didanai oleh pemerintah Jepang melalui Japan International Coorporation Agency atau JICA. Di mana mekanisme yang digunakan adalah STEP Load atau Tied Loan sehingga membuat proyek ini hanya bisa digarap oleh Jepang sebagai kontraktor utamanya.
Baca juga: Alami Kegagalan di Beberapa Tender, MRT Jakarta Fase 2 Bisa Tertunda Pengerjaannya
Namun meski begitu, nyatanya pada fase 2 ini, justru kontraktor Jepang minim terlibat bahkan kurang tertarik dengan penawaran paket proyek baik itu konstruksi hingga pengerjaan pengadaan kereta untuk MRT Jakarta. Hal ini terlihat dari beberapa paket proyek yang ditawarkan gagal untuk dilelang beberapa kali.
Tak hanya itu, Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, para kontraktor ini banyak yang tidak ikut lelang dikarenakan waktu pengerjaan yang ketat dan risiko proyek yang cukup tinggi di masa pandemi ini. Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan, sebenarnya bila ada kesempatan, perusahaan dari negara lain bisa rebutan proyek ini.
Bahkan saat ini, Silvia mengaku suda ada rayuan dari sejumlah negara untuk proyek fase 2 ini.
“Kita yakin kontraktor nasional itu akan berminat, karena sampai saat ini udah banyak nih kontraktor-kontraktor dari Cina, dari Korea ataupun dari negara lainnya yang udah nanya nanya, what is the next MRT project yang bisa masuk dan terlibat,” kata Silvia.
Hanya saja, langkah ini belum diambil karena lagi-lagi masih terikat dengan mekanisme loan JICA. Opsi yang kini sedang dibahas adalah penunjukan langsung yang sedang digodok pemerintah Indonesia dan Jepang. William Sabandar menambahkan lagi bahwa tak hanya kontraktor Jepang yang mampu menggarap MRT. Kontraktor nasional juga punya kemampuan jika diberikan kesempatan.
“Disebutkan misal Cina, Korea, negara-negara seperti Inggris yang minat. Tapi jangan lupa ada kontraktor nasional selama ini sudah mengerjakan baik paket 1 maupun paket 2. Kalau fisik itu kan kita sudah memiliki pengalaman di fase 1 ada Wijaya Karya, kemudian ada Hutama Karya, ada Jaya Konstruksi, Adhi Karya. Kalau sistem kereta kita punya INKA, jadi sebenarnya kita cukup teratasi ya,” bebernya.