Dalam beberapa tahun, telah terjadi fenomena aneh di internal maskapai Pakistan International Airlines (PIA). Betapa tidak, alih-alih kembali bertugas usai menjalani layover saat penerbangan internasional, pramugari maskapai itu justru kabur dan tak kunjung kembali. Usut punya usut, pramugari tersebut memang sudah berencana untuk mencari suaka di negara-negara maju.
Baca juga: Memo Internal Tersebar, Emirates Peringatkan Awak Kabin yang ‘Layover’ untuk Bersikap Sopan
Pakistan memang bukan tempat yang aman dan nyaman untuk dijadikan tempat bermukim. Dalam sebuah survei oleh The Legatum Institute, lembaga penelitian yang berbasis di London, Inggris, Pakistan menjadi salah satu negara paling tidak aman di dunia.
Maka dari itu, tak heran bila pramugari -yang notabene masih bisa hidup lebih layak dibanding jutaan penduduk Pakistan lainnya- rela berjuang untuk mendapatkan suaka di negara maju ketimbang bertahan sebagai pramugari. Apalagi, secara finansial, PIA sudah digadang-gadang tak lagi mampu bertahan alias bangkrut.
Dilansir Simple Flying, fenomena aneh pramugari PIA kabur saat layover di negara maju setidaknya sudah berlangsung selama empat tahun belakangan. Pada tahun 2018, seorang pramugari PIA secara mengejutkan mengklaim suaka di Kanada. Tak ada laporan lebih jauh bagaimana kelanjutan permohonan suaka itu. Yang jelas, pramugari itu tak pernah kembali ke Pakistan.
Setahun berikutnya, pramugari PIA juga dilaporkan hilang saat layover di Paris, Perancis. Tidak disebutkan dengan jelas apakah pramugari ini sengaja menghilang untuk mendapatkan suaka atau tidak. Dua tahun yang lalu, kejadian serupa juga terulang. Kali ini pramugari hilang terjadi di Kanada dan anehnya, tahun ini, pramugari kembali dilaporkan hilang saat layover di Negeri Pecahan Es itu sejak 29 Januari lalu.
Tak ingin kejadian serupa terus berulang, pihak PIA pun menggandeng otoritas imigrasi Kanada. Keduanya berkolaborasi setidaknya dalam dua hal, mencegah agar pramugari tak pernah diizinkan mendapat suaka serta mencegah mereka kabur dengan menyita paspor dan identitas sampai waktu check-in penerbangan pulang.
Selain itu, seluruh kru pesawat, bukan hanya pramugari, juga akan dipantau secara ketat dan dilarang untuk keluar dari hotel selama layover.
Di masa krisis akibat virus Corona, kinerja keuangan PIA memang jauh dari harapan. Bahkan, seorang analis Bloomberg menyebut maskapai PIA kemungkinan besar akan bangkrut imbas krisis virus Corona. Hal itu berdasarkan analisi menggunakan metode Z-score yang dikembangkan oleh Edward Altman pada 1960-an untuk memprediksi kebangkrutan, dengan mengacu pada data finansial perusahaan.
Metode Z-score sendiri menggunakan lima variabel yang mengukur likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, leverage, dan kinerja keuangan terkini. Dari variabel tersebut kemudian akan muncul skor. Skor di bawah 1,8 menunjukkan bahaya kebangkrutan dalam dua tahun, sementara angka yang mendekati 3 menunjukkan bahwa perusahaan berada pada posisi yang kuat secara finansial.