Sebuah kereta MRT di East-West Line tersambar petir dan terhenti di dekat stasiun Bedok, Singapura sekitar pukul 16.00 waktu setempat pada Senin (20/11/2017). Alhasil, kereta lain yang hendak melintasi Tanah Merah dan Paya Lebar tertunda keberangkatannya lebih dari 10 menit. Untungnya, insiden yang disebabkan oleh alam ini tidak memakan korban jiwa, dan operator dengan sigap menindaklanjuti kecelakaan tersebut, sehingga jadwal kereta lain tidak terganggu lebih parah lagi.
Baca Juga: Terowongan MRT di Singapura Kebanjiran? Ini Dia Penyebabnya!
Sebagaimana yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman straitstimes.com (21/11/2017), Vice-President of Corporate Communications SMRT, Patrick Nathan mengatakan bahwa penumpang yang berada di dalam kereta MRT tersebut diturunkan di stasiun Bedok dan modanya ditarik oleh dinas setempat untuk kepentingan penyelidikan. Sesaat setelah kejadian tersebut, sang kapten kereta mengeluhkan mati rasa dan nyeri dada.
Untuk penanganan lebih lanjut, sang kapten kereta dibawa ke Rumah Sakit Umum Changi untuk mendapatkan pengananan medis. Patrick mengatakan bahwa pihaknya tengah menyelidiki insiden kereta tersambar petir ini lebih dalam. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa kereta yang berjalan di permukaan tanah berpeluang untuk tersambar listrik kapan saja, namun operator SMRT mengatakan bahwa penumpang yang berada di dalam rangkaian kereta akan tetap aman.
Ini dikarenakan gerbong kereta dilindungi oleh Faraday Cage, sebuah ‘kandang’ yang dibentuk oleh bahan konduktif yang dapat menghambat arus listrik, baik itu yang ditimbulkan oleh petir maupun gesekan elektrik lainnya. “Jika kereta tersambar petir, Faraday Cage akan mengantarkan arus listrik di luar gerbong tanpa melewati bagian dalam,” papar Patrick.
Tidak hanya kereta, beberapa moda transportasi lain juga diketahui menggunakan Faraday Cage untuk melindungi para penggunanya, seperti mobil dan pesawat terbang. Dapat dibayangkan jika moda-moda transportasi seperti pesawat terbang tidak dilengkapi dengan Faraday Cage, tentu akan sangat berbahaya bagi para penumpang dan kru udara. Pesawat yang mengudara tinggi berpotensi lebih besar tersambar petir ketimbang moda-moda lain yang ada di darat.
Baca Juga: Sejarah MRT Singapura, Dibangun di Atas Keterbatasan Lahan
Sebelumnya, pada 11 Mei 2016 juga SMRT yang berada di North-South Line juga pernah tersambar petir dan sempat lumpuh sesaat. Alhasil, SMRT layanan selatan yang menghubungkan Yishun dan stasiun Yio Chu Kang sempat terganggu dan tidak dapat beroperasi untuk sementara waktu. Entah berkaitan atau tidak, satu jam sebelum kejadian yang terjadi pada hari Senin sore tersebut, sebuah alarm sempat berbunyi di stasiun Clementi di East-West Line. Namun, polisi yang menangani kasus ini mengatakan bahwa itu adalah sebuah alarm palsu.