Setelah empat tahun beroperasi, bagaimana kabar Autonomous Rail Rapid Transit (ART) yang diluncurkan di Zhuzhou, Cina Tengah? Setelah mengular sejak 2017, pada awalnya ART hanya memiliki tiga gerbong dengan total penumpang yang bisa diangkut 300 orang.
Baca juga: Gunakan Rel Virtual, Autonomous Rail Rapid Transit Siap Mengular di Zhuzhou
Kini, ART tersebut memiliki pilihan lain yakni hadir dengan lima gerbong yang mana setiap gerbong berisi 100 penumpang. Dilansir KabarPenumpang.com dari lenguladbible.com (19/6/2021), dalam pengoperasiannya, sebuah sistem sensor membantu pengemudi untuk menjaga kendaraan tetap pada jalurnya.
Namun jika ada penyimpangan jalur atau bermasalah pada perjalanan, akan ada peringatan otomatis yang diberikan sistem. Bahkan ART juga dilengkapi dengan sistem peringatan tabrakan yang berarti pengemudi menjaga jarak aman dari kendaraan lain tetapi jika terlalu dekat maka peringatan akan berbunyi.
Selain itu, bila pengemudi ingin mengubah rute perjalanannya, perangkat navigasi akan melihat lalu lintas di rute alternatif sebelum merekomendasikan jalan memutar untuk menghindari kemacetan selayaknya Google Maps. Kehadiran ART bahkan memiliki banyak manfaat yakni menghindari kemacetan atau pekerjaan fisik sebagaimana pemasangan rel konvensional.
Ini juga menciptakan sistem transportasi yang lebih efisien. Tak hanya itu, ART yang melintas di jalanan juga memiliki izin prioritasi di traffic light yang mendorong pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum. ART juga merupakan sistem transportasi yang terbilang murah untuk dirawat karena tidak adanya trek dan saluran udara.
Sehingga polusi berkurang karena menggunakan baterai lithium yang bisa diisi ulang. Dalam pengisian daya 30 detik bisa digunakan untuk perjalanan yang memakan waktu sejauh 2-3 mil atau 3,2-4,8 km, sedangkan perjalanan sejauh 25,7 km akan memakan waktu selama sepuluh menit pengisian daya.
Kehadiran ART di Cina juga meneruskan sistem ini ke beberapa negara dan baru-baru ini Doha, Qatar emndapatkan lampu hijau untuk bus kereta cepat yang akan diuji coba dan digunakan pada Piala Dunia 2022. Diharapkan bahwa sistem Bus Rapid Transit (BRT) akan memungkinkan kota untuk menjadi tuan rumah pertandingan dengan berkelanjutan, dengan para ahli mengatakan bahwa ‘rekam jejak BRT memberikan kasus yang menarik bagi lebih banyak kota untuk mempertimbangkannya sebagai prioritas transit’.
Untuk diketahui, ART Cina merupakan bus yang mengambil bentuk kereta api dan trem. Uniknya pun tidak menggunakan rel ketika berjalan melainkan dengan ban karet yang mampu melaju hingga 70 km per jam serta menggunakan tenaga listrik.
Baca juga: Cina Luncurkan ART, Kereta Otonom Tanpa Rel Untuk Kota Kecil
Saat mengangkut penumpang dengan kondisi gerbong penuh, ART mampu melaju sejauh 40 km. Dengan panjang sekitar 30 meter, ia memiliki sensor yang membaca dimensi jalan dan dapat merencanakan rutenya sendiri pada apa yang pada dasarnya adalah rel virtual.