Emirates memastikan akan membongkar pesawat Airbus A380 pertamanya, A6-EDA. Pesawat berusia 14 tahun ini akan didaur ulang dan berbagai komponennya akan dijual, salah satunya bar mewahnya. Hasil penjualan akan disumbangkan ke yayasan amal Emirates Airline Foundation.
Baca juga: Keren, 43 Unit Airbus A380 Emirates Pakai Livery Dubai Expo 2020, Tiga di Antaranya Warna-warni
Di masa lalu, pesawat purna tugas biasanya dibiarkan mangkrak dan jadi rongsokan di gurun pasir atau kuburan pesawat. Tetapi, saat ini, trennya berbeda. Maskapai mulai mendaur ulang suku cadang dan komponen pesawat di dalam negeri, baik dengan tenaga SDM sendiri maupun pihak ketiga, untuk dijual kembali.
Bisnis pesawat purna tugas lama-kelamaan semakin diminati. Sebab, 6.000 pesawat dalam 20 tahun mendatang akan mencapai akhir jam terbangnya. Lantas pesawat tua dibuang ke mana? Sebagian mungkin bakal dibuang ke kuburan pesawat di Gurun Mojave, sebagian lagi didaur ulang dan dibuat jadi barang berharga.
Melihat hal itu, riset di Eropa coba mencari teknik pembuangan yang paling ekonomis dan ramah lingkungan. Hal itu dikarenakan pesawat dibuat dari 60 persen alumunium, 15 persen baja, 10 persen logam berharga mahal seperti titanium. Jadi, terlalu sayang untuk dibuang begitu saja, selain untuk menyelamatkan lingkungan.
Valliere Aviation, salah satu raksasa daur ulang pesawat tua di Eropa, mengerti betul betapa menggiurkannya pesawat tua. Biasanya pesawat tua dihancurkan, dibersihkan dari komponen radioaktif sesuai panduan hijau Eropa, diklasifikasikan, dan diteliti bagian mana saja yang masih bisa dipertahankan, seperti suku cadang berharga, roda pendaratan, mesin, dan peralatan avionik.
Selain Valliere Aviation, Falcon Aircraft Recycling juga dikenal sebagai salah satu perusahaan daur ulang pesawat terkenal. Mereka pula yang ditugaskan untuk membongkar dan mendaur ulang sekitar 190 ton material Airbus A380 pertama Emirates.
Dilansir Simple Flying, Falcon Aircraft Recycling bertanggung jawab untuk mendaur ulang bagian-bagian badan pesawat dan material kabin menjadi suku cadang dan furnitur yang dapat dikoleksi. Tetapi, secara khusus, Emirates meminta agar bar A380 maskapai tidak dibongkar menjadi bagian per bagian melainkan dijual dalam satu kesatuan menjadi sebuah furnitur yang dapat diletakkan di rumah.
Sampai saat ini, rincian item yang dijual belum dirilis Emirates dan Falcon Aircraft Recycling. Demikian juga dengan harganya. Namun, satu hal yang sudah pasti, berapapun hasil penjualannya semua akan disumbangkan ke yayasan amal Emirates Airline Foundation.
“Melalui inisiatif ini, pelanggan dan penggemar kami dapat membawa pulang sepotong sejarah penerbangan sambil menyimpan bahan berharga dari tempat pembuangan sampah dan berkontribusi untuk tujuan amal melalui Emirates Airline Foundation. Ini adalah solusi pensiun yang elegan dan pas untuk pesawat ikonik ini dan andalan kami,” kata CEO Emirates, Tim Clark.
Menurut data ch-aviation.com, A6-EDA menyelesaikan 49.632 jam (5,66 tahun) penerbangan, dan memiliki nilai jual di pasar saat ini sebesar US$30,94 juta atau Rp441 miliar (kurs 14.253). Emirates mengungkapkan bahwa jet tersebut telah melakukan 6.319 penerbangan dan mengunjungi 62 bandara di seluruh dunia, dimulai dari Dubai ke New York sebagai penerbangan komersial pertamanya pada Agustus 2008.
Baca juga: Singapore Airlines Bongkar Dua Airbus A380, Suku Cadangnya Didaur Ulang
Penerbangan komersial A380 A6-EDA Emirates terjadi pada 8 Maret 2020, membawa penumpang dari Singapura ke Dubai. Setelah penerbangan ini, maskapai mengirim pesawat ke Emirates Engineering Centre di Dubai World Central Airport.
Di sini, bagian-bagian pesawat yang dapat digunakan kembali, seperti mesin, roda pendarat, dan komponen kokpit, diambil untuk digunakan di pesawat A380 lainnya yang membutuhkan.