Penggunaan bahan bakar hidrogen tak pelak menjadi bentuk pencapaian penting pada teknologi kereta api. Dan bicara hidrogen pada kereta, Jerman dan Perancis kembali menjadi panutan utama, persisnya setelah Alstom, perusahaan engineering asal Perancis mengatakan telah menandatangani sebuah kesepakatan untuk mengirimkan 14 kereta sel berbahan bakar ke LNVG yang merupakan perusahaan kereta api di Negara Bagian Lower Saxony, Jerman.
Baca juga: Tahun 2021, Kereta Bertenaga Hidrogen Siap Mengular di Rel Jerman
Dan belum lama ini, Biro Pensosbud Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin, Jerman, merilis informasi bahwa Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno pada 4 Desember 2018 berkesempatan mencoba langsung kereta bertenaga hidrogen tersebut. Rute yang dilalui Dubes RI dan rombongan adalah Bremervӧrde – Buxtehude.
“Kereta hidrogen merupakan bukti nyata keberhasilan proyek kerja sama antara industri, pemerintah lintas negara, serta para pemangku kepentingan terkait di bidang teknologi ramah lingkungan dalam rangka pencegahan perubahan iklim,“, ujar Dubes Havas.
Rute Bremervӧrde – Buxtehude dilalui sepanjang 100 km, dengan kapasitas 150 pernumpang, kereta ini dapat melaju dengan kecepatan 140 km per jam.
Last but not least, kereta ini lebih nyaman dari kereta diesel. “Mulus jalannya, tidak berisik, jauh lebih nyaman dari (kereta) diesel“, komentarDubes Havas. Penumpang juga tidak perlu khawatir dengan kemampuan kereta hidrogen. Pada posisi fuel tank, kereta hidrogen dapat menempuh sampai dengan 1000 km, hampir sama dengan kereta diesel.
Selain ramah lingkungan, kereta hidrogen juga bebas dari masalah sosial. Bahan baku utama yang digunakan adalah hidrogen yang mudah didapatkan. Hidrogen dapat berasal dari gas alam, batubara, biomass, minyak, dan sumber sumber energi berkelanjutan seperti energi angin, matahari, geothermal dan hydroelectric.
Baca juga: Saingi Jerman, SINTEF Fokuskan Penggunaan Bahan Bakar Hidrogen di Norwegia
Selain telah dipesan oleh Jerman dan akan mengular pada tahun 2021, beberapa negara bagian lain juga menyatakan ketertarikannya, seperti Inggris, Belanda, Denmark, Norwegia, Italia dan Kanada. Bagaimana dengan Indonesia? Mungkin dari uji coba bersama Dubes RI ini bisa menjadi awal yang baik untuk proyek kereta hidrogen Indonesia di masa depan.