Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Friends of the Earth pada tahun 2009 silam, secara mengejutkan muncul fakta yang menunjukkan bahwa perjalanan via udara merupakan penyebaran zat-zat berbahaya tercepat di dunia. Hingga saat ini, biofuel masih diujicoba untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan tersebut, namun dengan prediksi lalu lintas udara akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2035 mendatang, tentu seluruh perusahaan terkait perlu mempertimbangkan suatu perubahan mendasar untuk membuat langkah yang signifikan.
Baca Juga: Bicara Dimensi dan Bobot, Lima Pesawat Ini Masih Juara
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman newatlas.com, pesawat D “double bubble” diperkenalkan oleh pihak MIT (Massachusetts Institute of Technology) kepada NASA sebagai pesawat yang mampu mengurangi polusi di udara dan meningkatkan sekitar 70 persen penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, penurunan tingkat kebisingan, tingkat emisi nitrogen oksida (NOx) yang lebih rendah, hingga penggunaan landas pacu yang lebih pendek.
D “double bubble” ini memiliki sayap yang panjang dan ramping, ekor yang pendek, dan sesuai dengan namanya, mengganti badan pesawat pada umumnya dengan fuselage parsial yang ditempatkan berdampingan. Untuk urusan mesin, D “double bubble” menyimpan mesin di bagian belakang fuselage, tidak seperti kebanyakan pesawat yang menyimpannya di bagian sayap. Penyimpanan mesin ini merupakan pengaplikasian dari teknik Boundary Layer Ingestion (BLI).
“Berbagai studi yang diperkuat dengan analisa mendetail telah menunjukkan bahwa propulsor yang memanfaatkan lapisan batas (boundary layer) memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar secara signifikan,” ungkap salah seorang teknisi NASA, David Arend, dilansir dari sumber terpisah. “Jika desain dan teknologi baru ini dapat disempurnakan, maka propulsor BLI akan mengeluarkan daya dorong dengan daya masuk yang lebih sedikit,” imbuhnya.
Baca Juga: Eva Air Tampilkan Tema Hello Kitty di Boeing 777-300ER
Walau disinyalir dapat meminimalisir penggunaan bahan bakar, namun pengaplikasian BLI akan menurunkan laju pesawat hingga 10 persen dibandingkan dengan pesawa sekelas Boeing 737, yang rencananya akan digantikan oleh D “double bubble”.
Proyek yang dipimpin MIT ini merupakan hasil dari kontrak senilai US$2,1 juta yang diberikan oleh NASA pada tahun 2008 silam sebagai bagian dari program penelitian aeronautika yang bertujuan untuk mengoperasikan pesawat yang lebih ramah lingkungan pada tahun 2035 mendatang. Diketahui, Boeing, GE Aviation dan Northrop Grumman juga ikut serta dalam program ini.