Monday, November 25, 2024
HomeDomestikDitjen Perhubungan Udara: "Maskapai Asing Jangan Hanya Mengambil Rute Gemuk Saja"

Ditjen Perhubungan Udara: “Maskapai Asing Jangan Hanya Mengambil Rute Gemuk Saja”

Bicara tentang harga tiket pesawat yang kini tengah melambung, agaknya tidak akan pernah ada habisnya. Kepentingan pihak maskapai untuk melayani penumpang dan mendapatkan laba terbaik agaknya berbanding terbalik dengan harga tiket murah yang diharapkan oleh penumpang. Beberapa waktu ke belakang, Presiden Joko Widodo pernah meluncurkan pernyataan yang akan memasukkan maskapai asing guna men-stabilkan harga tiket yang sudah kadung ‘mengudara’. Namun, apakah ini merupakan jalan keluar terbaik?

Baca Juga: ‘Impor’ Maskapai Asing untuk Turunkan Harga Tiket, Ini Kemungkinan Terburuknya!

Menurut Direktur Angkutan Udara Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Maria Kristie Endah, masuknya maskapai asing ke layanan domestik Indonesia seyogyanya bukanlah hal baru lagi, mengingat ada nama AirAsia yang kini sudah hilir mudik di langit Tanah Air. Ya, AirAsia sendiri merupakan maskapai asal Malaysia yang juga turut bermain di sektor penerbangan domestik Indonesia.

Namun, kekhawatiran masyarakat terkait ujaran Presiden tersebut kini sudah mulai terang. Maria Kristie yang ditemui pada acara Polemics and Prospects of the Aviation Industry: Airfares, Competition, and Efficiency mengatakan, “Jika maskapai asing ingin mengoperasikan penerbangan domestik, maka mereka tidak boleh mengambil rute gemuk saja,”

Rute gemuk merupakan rute penerbangan dengan presentase okupansi atau daya angkut yang tinggi – seperti menuju Bali, Surabaya, dan Jakarta. Di Indonesia sendiri, lanjut Maria, ada sekitar 15 rute gemuk yang selalu ramai diterbangi penumpang.

Tidak hanya soal rute gemuk, Maria juga menyinggung soal penurunan kapasitas penerbangan dari Manado menuju Miangas – pulau paling utara yang ada di perbatasan Indonesia dan Filipina. Menurut catatannya, penerbangan menuju Miangas yang selalu dibanggakan oleh Presiden Joko Widodo ini nasibnya juga malang. Dari awal dibuka, rute penerbangan menuju Miangas tercatat ada tujuh kali penerbangan dalam seminggu – namun kini hanya sekali dalam sepekan.

“Penumpangnya juga ASN (Aparatur Sipil Negara) dan tentara saja,” tukas Maria.

Kendati menghadapi tantangan yang tidak mudah, namun Pemerintah berjanji untuk terus menjembatani antara dua kepentingan yang bertolak belakang ini.

Terakhir, Maria juga menyinggung soal poin paling penting yang menyebabkan industri kedirgantaraan domestik semakin terpuruk, yaitu soal nilai tukar rupiah. Ya, sebagaimana yang kita ketahui bersama, hampir semua biaya yang berkaitan dengan penerbangan ini menggunakan mata uang dollar, sedangkan pendapatan yang diterima oleh maskapai menggunakan mata uang rupiah.

Baca Juga: Ikutan Menjerit Karena Harga Tiket Pesawat Mahal? Cek Dulu Penyebabnya!

Argumen Maria tadi diamini oleh Head of Research Indonesia National Air Carrier (INACA), Wismono Nitidihardjo.

“Pengeluaran dalam bentuk dollar, pendapatan dalam bentuk rupiah. Ini sedikit banyaknya membuat revenue yang diterima oleh pihak maskapai menjadi kecil,” jelasnya.

“Jadi, diharapkan dengan adanya forum diskusi seperti ini bisa mengedukasi masyarakat bahwa tingginya harga tiket pesawat tidak hanya didasari oleh maskapai yang ingin dapat untung besar – melainkan betapa kompleksnya penghitungan harga jual tiket pesawat.” tutup Wismono pada kesempatan yang sama.

Bottomline-nya adalah, kompleksitas penentuan harga tiket pesawat merupakan suatu proses yang banyak tidak diketahui oleh masyarakat di luar sana. Banyak sekali pertimbangan yang harus dihitung pihak maskapai agar mereka tidak merugi – kendati mendapatkan laba yang minim.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru