Cina menjadi penyumbang pelancong ke Singapura dengan presentase sebanyak 20 persen dan menjadi yang terbesar dibandingkan dengan Indonesia ataupun India. Karena masalah virus corona, kini larangan pelancong Cina datang ke Singapura telah menyebabkan “penguapan” pada sumber pendapatan di negara pulau tersebut.
Baca juga: Cegah Virus Corona, Otoritas Angkutan Darat Singapura Bagikan 300 Ribu Masker ke Sopir Taksi
KabarPenumpang.com melansir laman bloomberg.com (11/2/2020), Kepala Eksekutif Singapore Tourism Board, Keith Tan mengatakan, saat ini Singapura kehilangan 18 hingga 20 ribu pelancong sehari dan angka tersebut masih bisa lebih menurun jika situasi seperti ini terus bertahan lama.
“Seruan utama yang saya dengar adalah ‘tolong’ sekarang dari seluruh industri pariwisata. Ada banyak bukti anekdotal bisnis mengering, tapi itu tidak mengherankan mengingat berapa banyak kontribusi Cina untuk kedatangan pengunjung kami,” kata Keith.
Dia mengatakan, STB punya lebih dari 1600 pemandu wisata yang memandu dalam bahasa Mandarin. Keith menjelaskan, memandu adalah mata pencaharian dan menguap karena banyak dari mereka yang merupakan pekerja lepas.
Karena penyebaran virus corona ini, Keith menambahkan, tak hanya pelancong dari Cina, tetapi dari negara lain juga menunda kujungan mereka ke Singapura atau ke wilayah Asia lainnya. Dia menyebutkan, Korea Selatan dan Kuwait telah menyarankan warga mereka untuk meminimalkan atau menunda perjalanan ke Singapura.
Sebenarnya Singapura bukan satu-satunya negara yang terkena dampak dari virus corona. Sebab di seluruh dunia, hotel, kasino, maskapai penerbangan dan peritel yang mengandalkan pelancong asal Cina juga terkena dampaknya.
Diketahui, sekitar 163 juta pelancong Cina melakukan perjalanan ke luar negeri tahun 2018 dan menyumbang lebih dari 30 persen pengeluaran perjalanan di seluruh dunia. Sayangnya untuk proyeksi tahun 2020, negara yang terdampak akan kehilangan pendapatan mereka.
Padahal tahun 2019, Singapura sendiri kedatangan 19,1 juta pelancong Cina. Pendapatan pariwisata juga naik menjadi S$21,7 miliar tahun 2019 berdasarkan perkiraan awal dari S$26,9 miliar pada tahun sebelumnya.
Dalam laporan minggu lalu, DBS Group Holding Ltd. mengatakan pihaknya melihat penurunan satu juta penumpang pelancong sama dengan sekitar S$1 miliar dalam pengeluaran. Kedatangan pelancong yang menurun juga memotong sekitar 0,5 persen dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) setahun penuh.
Baca juga: Militer Jepang Siapkan Kapal Ferry untuk Karantina Masyarakat Terinfeksi Virus Corona
Charles Tan, Sekretaris Jenderal Asosiasi Nasional Agen Perjalanan Singapura mengatakan, langkah-langkah pemotongan biaya telah diberlakukan oleh sektor perhotelan Singapura, seperti meminta beberapa pekerja untuk meninggalkan atau pergi bekerja selama empat hari seminggu. Badan Pariwisata Singapura juga akan membentuk Satgas Aksi Pemulihan Pariwisata, yang terdiri dari para pemimpin pariwisata dari sektor publik dan swasta untuk membantu upaya pemulihan. Itu mirip dengan tindakan yang diambil selama SARS, ketika kedatangan wisatawan menurun 18 sampai 19 persen.