Kasus penelantaran anak yang selama ini sering kita dengar di media ternyata tidak hanya terjadi di dalam negeri saja, pun di luar negeri. Kendati dilatarbelakangi oleh banyak alasan, namun tindakan tersebut tetaplah tidak manusiawi. Hal inilah yang dialami oleh seorang wanita berkebangsaan Cina bernama Wei Fang, dimana dirinya ditelantarkan oleh kedua orang tuanya di sebuah stasiun kereta api di Negeri Tirai Bambu, puluhan tahun yang lalu.
Baca Juga: Tak Sampai 24 Jam, Cina Rampungkan Pembangunan Stasiun Ini!
Kini Wei Fang sudah bertumbuh menjadi remaja yang tengah berusaha untuk menemukan orang tua kandungnya. Kejadian ini berawal ketika Wei Fang yang baru berusia dua tahun, ditinggalkan kedua orang tuanya di Guiyang Railway Station. Entah benar Wei Fang ditelantarkan begitu saja oleh kedua orang tuanya, atau mungkin ia terpisah dari kedua orang tuanya, Wei pun tidak bisa mengingat semuanya dengan jelas.
Sebagaimana yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman scmp.com (12/4/2018), Wei yang kala itu masih balita tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa menangis berharap seseorang dapat menolong dan membawanya kembali ke orang tua kandungnya. Petugas stasiun Guiyang yang menyadari keberadaan Wei langsung membawanya ke pusat informasi dan menyebarkan pengumuman. Sayangnya, tidak ada satupun yang datang untuk menjemput Wei.
Petugas stasiun tersebut lalu memutuskan untuk membawa Wei menuju panti asuhan yang ada di Provinsi Guizhou. Wei kecil menghabiskan waktu sekitar dua tahun di panti asuhan tersebut, sebelum akhirnya sepasang Belanda datang dan mengadopsinya. Di bawah asuhan kedua orang tua angkatnya ini, Wei Fang pun dibawa terbang menuju Negeri Kincir Angin dan berganti nama menjadi Vera.
Vera pun bertumbuh menjadi pribadi yang ceria, namun kerap kali menangis di malam hari karena memikirkan tentang status sebagai anak adopsi yang melekat di dirinya. “Kadang status sebagai anak adopsi membuat saya merasa terhina di sekolah,” tutur Vera. “Matamu hitam dan kulitmu kuning, apa kamu orang Cina?” imbuhnya seraya menirukan pertanyaan teman-temannya di sekolahan.
Vera alias Wei Fang ini hanya bisa berasumsi, mengapa kedua orang tuanya tega menelantarkannya. “Mungkin kondisi mereka saat itu sedang sangat sulit,” ungkap Vera berandai-andai. Akhirnya pada tahun 2010 silam, Vera memutuskan untuk kembali ke Tanah Airnya hanya demi mencari kebenaran tentang orang tua kandungnya. Kedua orang tua angkatnya pun tidak merasa keberatan dengan jalan yang dipilih Vera tersebut.
Guna memudahkan langkah untuk menemukan kedua orang tua kandungnya, Vera lalu mendaftarkan diri di Guizhou University di Guiyang. Seperti yang sudah disinggung di atas, Vera sendiri memiliki keterbatasan memori tentang keluarga kandungnya dan ia berencana untuk menghabiskan waktu satu tahun lagi di Provinsi Guizhou. Hal tersebut ia lakukan hanya demi menemukan kedua orang tua kandungnya.
Baca Juga: Buang Stigma Jorok, Cina Lakukan Revolusi Toilet di Kereta Api
Diketahui, beragam cara sudah ditempuh Vera. Mulai dari menitipkan DNA-nya kepada pihak kepolisian, hingga mencari bantuan dari kampanye yang dipimpin pemerintah untuk membantu mencari anak-anak yang hilang. Namun sayang, usaha-usahanya tersebut tidak membuahkan hasil. Hanyalah sisa luka bakar pada punggung tangan kanan Vera yang diharapkan dapat memudahkan langkahnya untuk melacak keberadaan orang tua kandungnya.
“Saya sadar bahwa upaya pencarian ini sangatlah sulit, mengingat keterbatasan informasi yang saya miliki. Namun jika saya tidak mencoba setiap kemungkinan, saya pasti akan sangat menyesal. Jadi apapun hasilnya kelak, saya harus tetap berusaha,” jelas Vera. Menurut laman sumber, upaya terakhir yang dilakukan Vera adalah dengan menyebarkan selembaran di distrik sibuk Provinsi Guiyang bersama teman-teman dari Guizhou University.