Lebih dari setengah jumlah keterlambatan di bawah lima menit yang selama ini terjadi di Singapore MRT (SMRT) disebabkan karena adanya kesalahan pada sistem pintu kereta, dimana itu akan memakan waktu sebelum akhirnya kereta bertolak menuju pemberhentian selanjutnya. Tentu saja, jika dibiarkan, ini akan menjadi masalah yang dapat mempengaruhi keseluruhan pengoperasian dari SMRT itu sendiri.
Baca Juga: Sering ‘Ngaret,’ Minat Warga Singapura Gunakan MRT Terus Menurun
Maka dari itu, diperlukan satu solusi ampuh yang dikhususkan untuk mengatasi masalah pada pintu armada SMRT ini. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman straitstimes.com (30/8/2018), sebuah prototipe sistem sensor pintu kereta yang dikembangkan oleh operator SMRT dan Nanyang Technological University (NTU) sebenarnya sudah mulai dipasang sejak bulan Juni lalu di rangkaian kereta yang mengular di jalur North-South dan East-West – namun statusnya masih dalam pengembangan.
Sensor pintu kereta canggih ini akan mengumpulkan data tentang tekanan udara, kecepatan pintu saat buka tutup, hingga pasokan listrik dari pintu pneumatik tersebut. Diketahui, pengembangan sensor pintu kereta ini merupakan salah satu dari 13 proyek penelitian Smart Urban Rail Corporate Laboratory – proyek kerja sama antara SMRT dan NTU guna meningkatkan keandalan kereta.
“Hadirnya Smart Urban Rail Corporate Laboratory ditujukan untuk mendorong efektivitas dari solusi hasil penelitian yang memiliki relevansi langsung tidak hanya untuk SMRT, tetapi juga untuk industri transportasi global dalam mengantisipasi kebutuhan di masa yang akan datang,” ungkap Menteri Keuangan Heng Swee Keat, yang juga menjabat sebagai Ketua National Research Foundation (NRF).
Menteri Heng Swee Keat secara langsung telah meresmikan hadirnya Smart Urban Rail Corporate Laboratory pada akhir Agustus kemarin dan menambahkan bahwa hadirnya laboratorium ini, “sangat tepat waktu, mengingat target otoritas Singapura yang akan melipatgandakan panjang jalur perkeretaapian Singapura menjadi 360 km pada tahun 2030 mendatang,”
Baca Juga: Penumpang Menurun, MRT Singapura Merugi Hampir Rp1 Miliar di Q1 2018
Di sini, Singapura harus berinvestasi dalam hal kemampuan rekayasa rel yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perkeretaapian di sana. “Kami juga perlu mengembangkan teknologi baru untuk jaringan rel yang efisien dan tangguh agar dapat berjalan dengan biaya siklus pengoperasian yang berkelanjutan,” tandas Menteri Heng Swee Keat.