Sebuah pesawat Boeing 737 Ryanair dengan nomor penerbangan FR4978 rute Athena (Yunani) – Vilnius (Lithuania) dipaksa mendarat darurat di Bandara Internasional Minsk oleh Pemerintah Belarusia. Hal itu dilakukan hanya untuk menangkap seorang aktivis, oposisi, sekaligus jurnalis Nexta, Protasevich.
Baca juga: 40 Tahun Lalu, Pembajakan Pesawat DC-9 “Woyla” Garuda Indonesia Jadi yang Pertama dalam Sejarah
Awalnya, penerbangan berjalan lancar bahkan sampai pesawat masuk di ruang udara Belarusia sekalipun. Ketika mencapai perbatasan Belarusia-Lithuania, tiba-tiba pilot mendapat informasi adanya ancaman bom oleh ATC Bandara Internasional Minsk.
Tanpa menaruh curiga, terlebih otoritas setempat sampai mengirim jet tempur MiG-29 untuk mengawal penerbangan, pilot kemudian mengarahkan pesawat ke bandara dan mendarat darurat tak lama setelahnya.
Sampai di tahap ini, penumpang tak diberitahu apa yang sebetulnya terjadi. Pun demikian dengan pihak maskapai. Sebab, ketika dilakukan penggeledahan, tak ditemukan satupun bom ataupun bahan peledak di dalam pesawat berpenumpang 171 orang tersebut.
Tetapi, menurut kesaksian dari sejumlah penumpang, alih-alih mengamankan bom ataupun bahan peledak, petugas justru mengamankan salah seorang penumpang yang diketahui ialah Protasevich, seorang jurnalis oposisi di Belarusia.
Laporan BBC International menyebut ancaman bom dan sejenisnya merupakan alibi untuk menutupi penangkapan jurnalis Nexta sebagai agenda utama rezim petahana Alexander Lukashenko, yang notabene sudah berkuasa sejak 1994.
Sejawat Protasevich mengeklaim bahwa agen dari layanan keamanan negara, KGB, menargetkan aktivis itu di Athena dan semacam provokasi dilakukan di pesawat yang mendorong pengalihan rute.
Padahal, ketika pesawat dialihkan paksa oleh rezim Alexander Lukashenko, posisinya lebih dekat ke bandara tujuan alih-alih ke Minsk. Tetapi, pilot tak bisa berbuat banyak ketika jet tempur muncul dan mengintersep pesawat menuju Minsk.
Tak ayal, dillihat dari kronologi tersebut, Nexta, tempat Protasevich bernaung, menulis, “Lukashenko dan Angkatan Udara memaksa pesawat Ryanair untuk berbelok dan mendarat di Minsk. Itu adalah pembajakan”.
Atas pembajakan pesawat sipil oleh sebuah negara dengan alibi adanya ancaman bom tersebut, dunia internasional ramai-ramai mengecam Belarusia. Sejauh ini, rata-rata dari mereka masih sebatas mengecam Belarusia. Namun, pasca penyelidikan lebih lanjut berjalan, bukan tak mungkin akan ada tindakan konkret dari Uni Eropa dan NATO sebagai respon atas insiden itu.
Baca juga: Pernah Gagalkan Pembajakan Singapore Airlines, Mantan Anggota Pasukan Khusus Kini Menjadi Biksu
Dalam waktu dekat, mungkin langkah pertama yang dilakukan ialah Belarusia akan dikeluarkan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Dukungan untuk itu saat ini mengalir deras dari berbagai pihak, salah satunya Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda.
“Saya meminta sekutu NATO dan Uni Eropa untuk segera bereaksi terhadap ancaman yang ditimbulkan terhadap penerbangan sipil internasional oleh rezim Belarusia. Komunitas internasional harus segera mengambil langkah agar hal ini tidak terulang,” katanya dalam pernyataan.