Maskapai nasional Rusia, Aeroflot, mulai membuka penerbangan internasional melalui anak perusahaannya, Rossiya Russian Airlines menggunakan pesawat buatan dalam negeri Rusia, Sukhoi Superjet 100. Dioperasikannya pesawat tersebut untuk menghindari penyitaan pesawat di negara ketiga oleh lessor.
Baca juga: Tak Kehabisan Akal Gegara Sanksi Uni Eropa, Maskapai Terbangkan Warga Rusia ke Eropa Lewat Serbia
Tercatat, ada beberapa rute internasional yang dibuka, seperti ke Armenia, Mesir, Israel, Kazakhstan, Turki, dan Uzbekistan.
Bandara keberangkatannya pun digeser, dari semula Bandara Internasional Moskow menjadi Bandara Internasional Sochi yang berada di pesisir Laut Hitam. Ini juga sekaligus menjadikan Bandara Sochi sebagai hub baru group maskapai.
Hal itu dilakukan untuk memudahkan jangkauan internasional maskapai mengingat saat ini negara-negara Barat masih menutup ruang udara mereka bagi seluruh maskapai Rusia.
Maskapai-maskapai Rusia dilarang terbang ke semua negara-negara Uni Eropa, Inggris, dan beberapa negara Eropa non anggota Uni Eropa
Di Eropa, ada banyak negara yang tidak bergabung dengan Uni Eropa, termasuk Norwegia, Islandia, Serbia, Kosovo, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Albania, Makedonia Utara, Swiss, Inggris, Turki, dan semua negara-negara Eropa Timur. Di antara negara-negara tersebut, tak semuanya ikut memberlakukan sanksi terhadap Rusia.
Sebaliknya, mereka pun tidak turut disanksi oleh Uni Eropa karena masih menjalin kerjasama atau tidak ikut memberikan sanksi terhadap Rusia. Salah satunya Serbia. Negeri bekas pecahan Yugoslavia itu masih membuka ruang udaranya untuk maskapai-maskapai Rusia.
Demikian juga dengan beberapa negara di sekitarnya yang juga anggota Uni Eropa, mereka tidak ikut memberikan sanksi dan masih membuka ruang udaranya untuk Rusia, seperti Slowakia (Slovakia), Hungaria, dan banyak lainnya. Tercatat, hanya ada 18 negara di Eropa yang menutup ruang udaranya untuk maskapai-maskapai Rusia.
Baca juga: Putin Balas Sanksi Barat, Pesawat Milik Lessor Asing Senilai Rp143 Triliun Resmi Jadi Milik Rusia!
Meski begitu, Group Aeroflot masih tetap menyediakan penerbangan ke rute-rute tersebut dari Bandara Moskow, Bandara St. Petersburg, dan Bandara Krasnoyarsk dengan frekuensi yang lebih sedikit.
Dilansir Aviation Week, rute internasional Aeroflot Group ke Armenia dimulai pada 8 April mendatang. Begitu juga dengan rute ke Kazakhtan dan Uzbekistan. Sedangkan ke Mesir, Israel, dan Turki. Rute ke Istanbul Turki menjadi rute dengan frekuensi terbanyak mencapai 19 penerbangan setiap pekan.
Seluruh rute internasional yang dijalankan Rossiya Airlines mulai 7 April mendatang menggunakan pesawat Sukhoi Superjet 100 atau SSJ100. Secara kapasitas, yang hanya 87 kursi (12 kelas bisnis – 75 kelas ekonomi), sebetulnya rute internasional se-gemuk itu tidak relevan menggunakan pesawat tersebut.
Akan tetapi, maskapai tak mempunyai pilihan lain mengingat mereka dan seluruh maskapai di Rusia, berada dalam bayang-bayang lessor yang ingin menyita pesawat mereka saat ada kesempatan.
Penyitaan pesawat-pesawat Barat yang dioperasikan maskapai-maskapai Rusia oleh lessor tentu bukan isapan jempol belaka.
Pada tanggal 3 Maret lalu, sehari setelah Airbus-Boeing resmi men-stop pasokan suku cadang dan dukungan teknis ke maskapai Rusia, salah satu lessor berniat menyita pesawat Airbus A321neo mereka yang dioperasikan oleh Aeroflot saat mendarat di Mesir.
Baca juga: Takut Pesawat Disita Lessor di Luar Negeri, Maskapai Rusia Hanya Operasikan Penerbangan Domestik
Entah bagaimana ceritanya, pesawat dengan nomor registrasi VP-BXT gagal diambil alih. Sejak saat itu, Aeroflot, termasuk maskapai Rusia lainnya, hanya mengoperasikan pesawat di dalam negeri saja; termasuk mengoperasikan pesawat ke negara lainnya yang sudah dipastikan aman alias tidak akan mendukung tindakan lessor mengambil alih pesawat dari tangan maskapai Rusia.
Walau tak ada keterangan langsung dari Kremlin, namun, sebagian pihak menduga bahwa keberanian Aeroflot Group dalam membuka kembali penerbangan internasionalnya tak lepas dari dukungan Presiden Rusia Vladimir Putin, meskipun menggunakan pesawat lokal untuk menghindari konfrontasi lewat penyitaan pesawat.