Di fasilitas umum, tak jarang untuk buang air besar (BAB) dikenakan tarif untuk penggunaan toilet. Namun ada yang unik di Korea Selatan, pasalnya orang yang BAB justru mendapatkan uang. Lho kok bisa?
Baca juga: Unik, Bangunan Beton Diapit Jalan Layang dan Pintu Stasiun ini Ternyata Toilet
Dilansir KabarPenumpang.com dari interestingengineering.com (11/7/2021), di sebuah universitas di Korea Selatan, kotoran manusia digunakan untuk membantu menggerakkan bangunan dan proses ini juga mengubah kotoran menjadi mata uang digital. Di mana kotoran yang dibuang manusia ke toilet diubah menjadi energi dan memungkinkan mahasiswa untuk membeli berbaga macam keperluan dengan jumlah tinja yang mereka hasilkan.
Toilet tersebut bernama Beevi yang dibuat oleh Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST). Yang mana ketika orang membuang kotoran mereka, maka itu akan menghasilkan biogas.
Toilet ini menggunakan pompa vakum untuk menarik limbah ke bioreaktor bawah tanah yang berisi mikroorganisme untuk memecah limbah menjadi mentana. Kemudian ini akan menjadi sumber energi bagi gedung universitas seperti menyalakan kompor gas, boiler air panas dan sel bahan bakar oksida padat.
Bahkan dengan menggunakan pompa khusus, toilet ini pun mengurangi penggunaan air. Cho sebagai penemu toilet ini juga membuat mata uang virtual yang disebut Ggool. Sehingga setiap mahasiswa yang menggunakan toilet akan mendapat sepuluh Ggool sehari yang bisa digunakan untuk membeli produk universitas seperti kopi seduh, mie instan, buah dan buku.
“Tinja memiliki nilai berharga untuk dijadikan energi dan pupuk. Saya telah memasukkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis,” kata Cho.
Secara keseluruhan, ini adalah toilet ramah lingkungan unggul yang memungkinkan mahasiswa di universitas mendapatkan uang dari buang air besar untuk membeli produk di universitas.
“Saya hanya pernah berpikir bahwa tinja itu kotor, tetapi sekarang itu adalah harta yang sangat berharga bagi saya. Saya bahkan berbicara tentang kotoran selama waktu makan untuk berpikir tentang membeli apapun. buku yang saya inginkan,” ujar mahasiswa pascasarjana Heo Hui-jin yang membeli barang di pasar Ggool.
Baca juga: Toilet Bandara di Cina Jadi Objek Wisata Baru Usai Ditemukan Fosil Berusia Ratusan Juta Tahun
Cho berspekulasi bahwa rata-rata orang membuang tinja sekitar 500 gram (atau lebih dari satu pon) sehari, yang dapat diubah menjadi 50 liter gas metana. Ini menghasilkan 0,5 kWh listrik, yang cukup untuk menjalankan satu beban piring dalam mode “penghemat energi” mesin pencuci piring Anda atau dapat menyalakan mobil sejauh tiga perempat mil.