DHL Express mengumumkan pemasanan 12 pesawat all-electric Alice eCargo buatan Eviation. Bila tak ada badai menghadang, perusahaan jasa pengiriman kargo itu bisa mulai mengoperasikan pesawat listrik tanpa nirawak atau tanpa pilot ini pada tahun 2024 mendatang.
Baca juga: Mampukah Pesawat Bertenaga Listrik Geser Kedigdayaan Pesawat Komersial?
Travis Cobb, Executive Vice President (EVP) Global Network Operations and Aviation DHL Express, mengatakan, dipilihnya Alice sebagai langkah konkret maskapai meningkatkan dekarbonisasi atau mengurangi karbon dioksida di setiap penerbangan, setidaknya didasari oleh dua hal; jangkauan dan kapasitas (baterai).
“Pujian saya untuk Eviation atas pengembangan inovatif pesawat Alice yang sepenuhnya elektrik. Dengan jangkauan dan kapasitas Alice, ini adalah solusi berkelanjutan yang fantastis untuk jaringan global kami,” jelasnya, seperti dikutip dari greencarcongress.com.
“Aspirasi kami adalah untuk memberikan kontribusi substansial dalam mengurangi jejak karbon kami, dan kemajuan dalam armada dan teknologi ini akan sangat membantu dalam mencapai pengurangan karbon lebih lanjut. Bagi kami dan pelanggan kami, ini adalah langkah yang sangat penting dalam perjalanan dekarbonisasi kami dan langkah maju untuk industri penerbangan secara keseluruhan,” tambahnya.
Tak seperti start-up teknologi lainnya yang mengembangkan wahana, drone, taksi udara, atau pesawat listrik hanya untuk penerbangan berpenumpang, Eviation juga mendesain Alice e-Cargo sebagai pesawat listrik ramah lingkungan untuk pangsa pasar kargo; bahkan Extended-Range (ER) Executive Aircraft yang rencananya akan dirilis pada tahun 2023.
Bila dalam konfigurasi penumpang Alice bisa mengangkut sampai sembilan penumpang dengan kecepatan 444 km per jam sejauh 1.046 km, Alice e-Cargo disebut mampu mengangkut beban 1,2 ton sejauh 815 kilometer per sekali pengisian daya.
Alice hanya membutuhkan sekitar 30 menit untuk sekali pengisian daya. Dengan begitu, proses bongkar muat dan pengisian baterai bisa selesai bersamaan untuk efektivitas waktu.
Pesawat listrik Alice ini juga digadang mampu beroperasi di seluruh kondisi, layaknya pesawat konvensional yang ada saat ini.
Yang paling menarik tentu datang dari dua propeller atau motor canggih Alice. Disebutkan, motor listrik pesawat buatan perusahaan teknologi asal Israel ini mampu membuat penerbangan jadi sangat hemat. Itu berkat dukungan operating software yang selalu memantau penerbangan untuk memastikan efisiensi optimal.
Efisiensi tersebut mampu menekan biaya penumpang per-mil setidaknya hingga empat kali lebih rendah ketimbang pesawat listrik lainnya.
Alice sebetulnya bisa dioperasikan tanpa satupun pilot alias pilotless, terutama pada penerbangan kargo. Tetapi, 12 unit Alice yang dipesan DHL didesain tetap ada pilot sekalipun satu (single pilot).
Baca juga: Perkenalkan Alice, Pesawat Nirawak Bertenaga Listrik Mahakarya Eviation!
Pesawat listrik Alice rencananya akan mulai terbang perdana pada akhir tahun 2021 mendatang. Perusahaan mengkategorikan ini sebagai taksi udara. Dengan begitu, bisa dibilang, Alice menjadi taksi udara listrik terbesar di dunia.
Demikian juga jika Alice dikategorikan sebagai drone, ia akan jadi drone penumpang terbesar dengan jangkauan terjauh dan tercepat di dunia. Letak perbedaan dengan drone atau taksi udara lain mungkin pada teknik penerbangannya saja. Bila pada umumnya menggunakan teknik VTOL atau vertical take-off and landing, Alice justru sebaliknya.