Belum lama ini, Emirates mempertontonkan aksi berbahaya, dimana ‘pramugari’ maskapai berdiri di puncak gedung pencakar langit tertinggi di dunia, Burj Khalifa. Bila berkaca agak ke belakang, sebetulnya maskapai raksasa asal Dubai, Uni Emirat Arab itu sudah beberapa kali melakukan aksi berbahaya. Tak hanya Emirates, maskapai lain juga demikian.
Baca juga: Pramugari Emirates Berdiri di Puncak Burj Khalifa, Apa Tujuannya?
Baik Emirates maupun maskapai lain, pada umumnya momentum tertentu dan prestisius menjadi alasan mengapa maskapai melakukan aksi-aksi berbaya bersama pesawat ikoniknya.
Sebelum pembuatan iklan berbahaya bersama ‘pramugari’ stuntwoman AS, Nicole Smith-Ludvik, di tahun 2015 silam, Emirates pernah melakukan penerbangan formasi paling tidak biasa dan tentu saja berbahaya.
Ketika itu, pesawat superjumbo maskapai, Airbus A380, terbang formasi dalam jarak cukup dengan dengan dua orang pilot jetpack. Ini dilakukan untuk merayakan seratus tahun kolaborasi antara mesin dan manusia sehingga era pesawat terbang dimulai.
“Pameran antara manusia dan mesin ini merayakan keajaiban dan keindahan penerbangan, suatu prestasi yang lebih dari seratus tahun yang lalu akan tampak seperti mimpi yang mustahil. Ini juga menunjukkan seberapa jauh visi dan ambisi manusia telah [mendorong], dan dapat terus mendorong, batas-batas penerbangan,” Executive Vice President and Chief Operations Officer, Adel Al Redha.
Emirates juga pernah melakoni aksi berbahaya ketika melakukan formasi terbang rendah di acara Dubai Airshow tahun 2019 silam. Pada saat itu, pesawat hanya terbang 1.000 kaki atau 304 meter. Sangat rendah untuk ukuran jet superjumbo dengan empat mesin.
Masih dari Timur Tengah, balapan Formula 1 di Bahrain juga didahului aksi berbahaya oleh maskapai nasional negara tersebut, Gulf Air. Selama beberapa tahun menggelar balapan jet darat itu, Boeing 787-9 Dreamliner terlebih dahulu terbang rendah di atas lintasan sebelum balapan dimulai.
Aksi tersebut bukan sekedar gagah-gagahan atau pamer kemampuan, melainkan untuk mengkampanyekan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan yang dimuat pesawat.
“Neste MY Sustainable Aviation Fuel™ memberikan solusi langsung untuk mengurangi emisi karbon dari penerbangan. Dalam bentuk yang rapi dan selama siklus hidup, penggunaannya menghasilkan emisi gas rumah kaca hingga 80 persen lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar jet fosil,” kata maskapai dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Simple Flying.
Baca juga: Airbus Tiru Formasi Angsa dalam Uji Coba “Fello’Fly” untuk Menghemat Bahan Bakar
Want to know what it’s like flying up close with a #Boeing 747? Watch this cockpit video by Corporal Ashley Keates, as the @redarrows flew alongside a @British_Airways jumbo jet @airtattoo earlier today, to celebrate the airline’s centenary. pic.twitter.com/OpTp6zvDpE
— Red Arrows (@rafredarrows) July 20, 2019
May 25: Two South African Airways A340 in formation with the South African air force performed a flyby today during the SA presidential inauguration at Loftus Versfeld Stadium in Pretoria #AvGeek
— AeroSkippah (@AeroSkippah) May 25, 2019
Credit: @BongaDlulane pic.twitter.com/qpQB5xooOz
Geser sedikit ke Barat Timur Tengah (Afrika), maskapai nasional Afrika Selatan, South African Airways, juga pernah melakukan aksi berbahaya pada tahun 2019 silam. Saat itu, dua Airbus A340 maskapai, bersama Angkatan Udara Afrika Selatan, melakukan flypast atau penerbangan formasi untuk merayakan pelantikan presiden baru negara itu.
Lain lagi dengan British Airways. Maskapai mengirim Boeing 747 untuk melakoni flypast -penerbangan seremonial atau kehormatan oleh sekelompok pesawat udara atau pesawat tunggal- bersama Royal Air Force Aerobatic Team, Red Arrows, di Royal International Air Tattoo (RIAT) pada tahun 2019 lalu, untuk merayakan 100 tahun beroperasinya maskapai.