Bird strike sejak lama telah menjadi momok tersendiri dalam dunia dirgantara, pasalnya dampak bird strike akan langsung terkait dengan keselamatan penerbangan. Bahkan, ada beberapa kasus, bird strike bisa berakibat fatal, terutama bila ‘menyerang’ bagian mesin dan kaca kokpit yang menyebabkan keretakan, hingga pilot mengalami masalah secara visual.
Berangkat dari kondisi di atas, umumnya manufaktur pesawat telah menyiapkan serangkian pengujian untuk memastikan ketahanan pada struktur pesawat, khususnya bila terkena bird strike. Dan salah satu perangkat yang digunakan untuk pengujian tersebut adalah chicken cannon.
Chicken cannon adalah sebuah alat yang digunakan untuk menguji keamanan pesawat terhadap tabrakan dengan burung atau hewan lainnya. Alat ini biasanya digunakan dalam industri penerbangan untuk memahami dampak dan risiko yang mungkin terjadi ketika pesawat bertabrakan dengan burung di udara.
Chicken cannon bekerja dengan cara menembakkan burung (biasanya ayam) pada kecepatan tinggi menggunakan tekanan udara atau katapel khusus. Burung yang ditembakkan ini merupakan model yang didesain untuk mewakili ukuran dan karakteristik tubuh burung yang sering berinteraksi dengan pesawat.
Dengan menggunakan chicken cannon, peneliti dan insinyur penerbangan dapat menguji ketahanan pesawat dan komponen-komponennya terhadap benturan dengan burung. Tujuannya adalah untuk memahami dampak kecepatan dan massa burung terhadap struktur pesawat, mesin, kaca kokpit, dan sistem lainnya.
Hasil dari pengujian ini dapat membantu perancang pesawat dalam meningkatkan keamanan dan mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi akibat tabrakan dengan burung.
Penggunaan chicken cannon adalah salah satu metode pengujian yang penting dalam upaya menjaga keamanan penerbangan dan mencegah insiden seperti bird strike (tabrakan dengan burung) yang dapat mengganggu stabilitas dan kinerja pesawat.
Dari sejarahnya chicken cannon atau “burung meriam” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh George W. Morse, seorang insinyur aeroelastis dari Grumman Aircraft Engineering Corporation.
Pada awalnya, Morse menggunakan tekanan udara yang dihasilkan oleh kompresor udara untuk menembakkan ayam beku ke arah kaca pesawat. Ayam beku dipilih karena memiliki bobot dan karakteristik yang mirip dengan burung liar yang sering berinteraksi dengan pesawat. Tekanan udara yang diterapkan pada ayam beku melontarkan mereka dengan kecepatan tinggi, meniru tabrakan burung dengan pesawat yang sedang terbang.
Seiring berjalannya waktu, metode dan desain chicken cannon mengalami perkembangan. Salah satu perbaikan yang signifikan adalah penggunaan katapel atau pelontar khusus yang menggantikan tekanan udara sebagai sumber daya untuk meluncurkan ayam. Ini memberikan kontrol yang lebih baik terhadap kecepatan dan arah ayam yang ditembakkan.
Chicken cannon menjadi alat penting dalam pengujian penerbangan dan industri penerbangan secara keseluruhan. Pengujian dengan chicken cannon membantu insinyur dan perancang pesawat untuk memahami dampak tabrakan dengan burung pada pesawat, memperbaiki desain dan kekuatan struktur pesawat, serta mengembangkan sistem perlindungan yang lebih baik untuk mengurangi risiko bird strike.
Baca juga: Hadapi ‘Bird Strike’, Ini Enam Langkah Wajib yang Harus Dilakukan Seorang Pilot
Penggunaan chicken cannon tidak terbatas pada pesawat penumpang saja, tetapi juga mencakup pesawat militer, pesawat kargo, dan helikopter. Metode pengujian ini terus diperbarui dan disempurnakan seiring perkembangan teknologi dan pemahaman tentang interaksi pesawat dan burung dalam penerbangan.