Standar lebar pada celah peron, atau jarak antara tepi peron dan pintu kereta, merupakan elemen penting untuk keselamatan dan kenyamanan penumpang. Banyak insiden terjadi terkait celah peron, seperti anak kecil yang terperok sampai risiko penumpang tersandung hingga terjatuh.
Baca juga: Sukima Mori, “Monster” yang Jaga Anak-anak Tidak Jatuh di Celah Antara Peron dan Kereta
Nah, tahukah Anda bahwa standar celah peron dapat bervariasi tergantung pada sistem kereta api dan negara, namun ada pedoman umum yang sering diterapkan.
1. Standar Internasional
Organisasi seperti UIC (International Union of Railways) merekomendasikan bahwa lebar celah peron tidak boleh lebih dari 75 mm (3 inci) secara horizontal dan 50 mm (2 inci) secara vertikal.
2. Standar di Inggris:
Di Inggris, Network Rail mengadopsi standar bahwa lebar celah horizontal tidak boleh melebihi 90 mm (3.5 inci).
3. Standar di Amerika Serikat
American Public Transportation Association (APTA) merekomendasikan lebar celah horizontal maksimum 76 mm (3 inci).
Kereta yang berbeda dan desain peron yang bervariasi dapat mempengaruhi lebar celah. Misalnya, peron melengkung cenderung memiliki celah yang lebih besar dibandingkan peron lurus. Pada stasiun di mana kereta melintas dengan kecepatan tinggi tanpa berhenti, celah yang lebih besar mungkin diperlukan untuk alasan keamanan.
Tinggi peron relatif terhadap pintu kereta juga mempengaruhi celah vertikal. Dalam beberapa kasus, peron yang lebih tinggi atau lebih rendah dari pintu kereta membutuhkan penyesuaian tambahan. Beberapa stasiun menggunakan gap fillers, perangkat yang mengisi celah antara peron dan kereta untuk mengurangi jarak dan meningkatkan keselamatan.
Beberapa stasiun menggunakan gap fillers, perangkat yang mengisi celah antara peron dan kereta untuk mengurangi jarak dan meningkatkan keselamatan. Desain modern dari peron dan kereta berusaha untuk meminimalkan celah melalui teknologi yang lebih canggih dan material yang lebih fleksibel. Banyak sistem kereta api mengedukasi penumpang tentang pentingnya berhati-hati saat melangkah masuk atau keluar dari kereta untuk mengurangi risiko kecelakaan.
Kasus di Negara Berkembang
Ada beberapa alasan mengapa batas celah peron terasa kurang diperhatikan di negara berkembang, di antaranya negara berkembang sering menghadapi keterbatasan anggaran dan harus memprioritaskan pengeluaran untuk berbagai kebutuhan mendesak seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Akibatnya, investasi dalam perbaikan detail seperti lebar celah peron mungkin tidak menjadi prioritas utama.
Modernisasi stasiun dan sistem kereta api memerlukan dana besar. Negara berkembang mungkin tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk memperbarui infrastruktur sesuai dengan standar internasional.
Seperti halnya di Indonesia, infrastruktur kereta api yang dibangun pada era kolonial atau beberapa dekade yang lalu. Infrastruktur lama ini mungkin tidak dirancang dengan mempertimbangkan standar keselamatan dan kenyamanan modern, termasuk lebar celah peron. Teknologi yang lebih lama dan desain stasiun yang ketinggalan zaman mungkin tidak memungkinkan penyesuaian yang mudah untuk mengurangi lebar celah peron.
Kurangnya perhatian terhadap batas celah peron di negara berkembang sering disebabkan oleh keterbatasan anggaran, infrastruktur lama, regulasi yang kurang ketat, volume penumpang yang tinggi, dan fokus pada pembangunan cepat. Dengan investasi bertahap, kerjasama internasional, dan edukasi penumpang, negara berkembang dapat mulai mengatasi masalah ini untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penumpang kereta api.
PKD di Stasiun India Berhasil Selamatkan Nyawa Penumpang Tua yang Jatuh ke Celah Peron