Boeing baru saja melewat ‘perayaan’ setahun grounded Boeing 737 MAX pada 14 Maret lalu. Dalam kurun waktu setahun tersebut, produsen pesawat asal Negeri Paman Sam tersebut mengaku telah menggelontorkan uang sebesar Rp268 triliun (Rp14.352). Jumlah tersebut diperkirakan akan membengkak menjadi sebesar Rp330 triliun sampai pesawat tersebut benar-benar kembali diizinkan terbang.
Baca juga: Jelang Setahun Grounded, Boeing Habiskan Total Rp268 Triliun Gegara 737 MAX
Sadar tak ingin menghabiskan lebih banyak uang lagi akibat tak kunjung menerbangkan kembali 737 MAX, Boeing pun tancap gas. Bahkan, di tengah pandemi virus corona yang tengah mewabah dengan cepat di Amerika Serikat (AS). Betapa tidak, hingga kemarin, Amerika telah mencatat lebih dari 244 ribu kasus dimana 6 ribu orang lebih di antaranya meninggal dunia. Bahkan, saking banyaknya yang meninggal, dalam sebuah video viral, truk es sampai harus dikerahkan untuk menyimpan sementara mayat korban corona di AS karena rumah sakit tidak lagi menampung lonjakan pasien yang terus bertambah pesat.
Boeing dilaporkan masih terus menggenjot proses perbaikan, mulai dari menguji perubahan perangkat lunak terbaru dan menyempurnakannya hingga melakukan pengujian dalam simulator penerbangan yang dikenal sebagai e-cab di tengah pandemi corona, semata untuk menyesuaikan seluruh persyaratan dari regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat (FAA). Perusahaan tak gentar sekalipun sejauh ini dilaporkan sudah terdapat 88 kasus corona yang menimpa pekerjanya. Meskipun demikian, progres 737 MAX hanya dilakukan oleh tim kecil. Adapun sisanya, Boeing telah menghentikan proses produksi untuk sementara waktu.
Dengan begitu, Boeing tetap menargetkan bahwa 737 MAX dapat kembali terbang pertengahan tahun ini. Kabar baiknya, langkah tersebut juga didukung oleh FAA. Pasalnya, tidak selamanya tinjauan teknis diperlukan. Mereka bisa saja mengecek lewat dokumen, video conference, atau lewat telepon. FAA juga memuji Boeing bahwa mereka terus membuat kemajuan untuk 737 MAX dengan hampir memenuhi standar sertifikasi dan semua itu dilakukan di tengah pembatasan di AS.
“Tim kami mengelola melalui wabah Covid-19 seperti banyak orang lain dengan bekerja secara virtual di mana kita bisa, sambil mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan lingkungan yang aman bagi kita semua,” kata Boeing dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari bloomberg.com.
“Kami terus membuat kemajuan dalam upaya sertifikasi kami dan bekerjasama dengan regulator untuk memenuhi persyaratan mereka. Perkiraan kami masih merupakan pertengahan tahun untuk mengembalikan armada 737 MAX ke layanan,” tambahnya.
Meski demikian, Boeing bukan tanpa halangan. Khususnya terkait logistik. Seorang analis dari Melius Research, Carter Copeland, belum lama ini memperkirakan bahwa dengan rintangan pada proses logistik, kembalinya Max berisiko molor satu hingga tiga bulan ke depan.
“Sekarang sulit, jika bukan tidak mungkin, bagi berbagai staf regulator global untuk masuk ke Amerika, dan daftar tugas FAA sekarang mencakup banyak tantangan besar terkait dengan Covid-19,” tulisnya dalam sebuah catatan.
Lagi pula, jika Boeing ingin benar-benar mewujudkan target kembalinya 737 MAX pada pertengahan tahun, setidaknya mereka harus benar-benar menyelesaikan proses uji terbang MAX langsung oleh regulator pada bulan ini. Faktanya, sampai saat ini, belum ada satupun jadwal pengujian oleh pilot uji regulator.
Baca juga: Akibat Corona, Boeing dan Airbus Bahas Merger untuk Selamatkan Bisnis
Selain itu, bila Boeing masih kukuh pada pendiriannya, paling tidak mereka harus memulai kembali proses produksi di berbagai pabrik dua bulan sebelum waktu yang ditentukan. Bila Boeing mengambil target pertengahan tahun atau Juni atau Juli, maka bulan April atau paling lambat Mei, aktivitas produksi sudah harus kembali dimulai. Dengan kondisi pandemi corona di AS yang masih terus meningkat, kemungkinan Boeing akan kesulitan merealisasikan target tersebut.
Bila skenario (penundaan kembalinya 737 MAX) maka hal itu diperkirakan akan semakin menekan kinerja keuangan Boeing. Meskipun sudah mendapatkan suntikan modal besar, nyatanya, Boeing kamis lalu baru saja mengumumkan tawaran rencana PHK sukarela untuk karyawan, meskipun ditawari gaji dan tunjangan yang cukup besar. Artinya, Boeing memang tengah terpukul telak, satu akibat corona dan satu lainnya akibat grounded berkepanjangan 737 MAX.