Pasca jatuhnya dua pesawat Boeing berjenis 737 MAX 8 yang dioperasikan oleh Lion Air dan Ethiopian Airlines, industri penerbangan global ternyata mengalami pasang surut yang cukup fluktuatif. Selain pasar yang sempat didominasi oleh Airbus – rival abadi Boeing, ternyata pengiriman pesawat secara keseluruhan juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Wah, siapa sangka buntut dari dua kecelakaan yang hanya berselang lima bulan ini sampai panjang begini?
Baca Juga: Boeing 737 Sabet Predikat Sebagai Pesawat Terlaris Sepanjang Sejarah Aviasi Global
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman theguardian.com (26/8), organisasi perdagangan yang mewakili industri dirgantara, pertahanan, keamanan dan ruang angkasa asal Inggris, ADS menyebutkan bahwa hanya ada 88 unit pesawat yang dikirim pada periode Juli 2019. Angka tersebut menyusut sebesar 24 persen ketimbang bulan Juli tahun lalu. ADS menyebutkan bahwa penyusutan angka pengiriman pesawat ini diakibatkan oleh penurunan produksi dan grounded massal dari pesawat single-aisle, Boeing 737.
Sebanyak 716 pesawat telah dikirimkan sepanjang tahun 2019 ini, namun angka tersebut masih 11 persen lebih rendah ketimbang tahun 2018 kemarin. Munculnya fakta ini berbarengan dengan revisi prediksi jumlah pesawat yang dikirim pada tahun 2019 yang dirilis oleh ADS: dari 1.789 unit menjadi 1.489 unit.
Industri kedirgantaan global memang tengah lesu-lesunya belakangan ini – tepatnya setelah jatuhnya Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 dan Boeing 737 MAX 8 yang dioperatori oleh Ethiopian Airlines (ET-302) yang jatuh di Bishoftu, Ethiopia pada 10 Maret 2019. Jika ditotal, jumlah korban meninggal dari dua insiden mematikan ini lebih dari 300 orang.
Terlepas dari dua insiden di atas, demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Hong Kong beberapa waktu ke belakang juga turut menyumbang presentase yang cukup signifikan pada melemahnya permintaan perjalanan udara.
Tapi jika ditimbang dari fakta yang terpapar di atas, menurunnya angka pengiriman pesawat tersebut tidak lepas dari peranan vital Boeing yang selama ini menyumbangkan presentase angka yang cukup besar bagi sektor aviasi global. Bagaimana tidak, jagad kedirgantaraan global – terutama di kelas pesawat jet narrow-body dan wide body, di duopoli oleh Airbus dan Boeing.
Baca Juga: CRAIC CR929, Kolaborasi Rusia dan Cina di Pasar Pesawat Wide-Body
Kedigdayaan dua perusahaan beda benua ini memang sangat sulit untuk diruntuhkan. Saking sulitnya untuk diruntuhkan, Rusia dan Cina sampai bekerja sama di bawah satu payung China-Russia Commercial Aircraft International Corporation (CRAIC) dalam mengembangkan CR929, pesawat wide-body yang kabarnya siap untuk menggusur tahta dua perusahaan tersebut.
Kembali lagi, walaupun sudah terpuruk pasca jatuhnya uda unit 737 MAX 8, tapi Boeing merupakan ‘pemain lama’ yang sudah punya pasarnya sendiri, dan sulit untuk diruntuhkan begitu saja.