Maksapai terbesar di Amerika Selatan LATAM Airlines Group, dilaporkan bangkrut. Maskapai tersebut dilaporkan tengah mengajukan perlindungan sesuai Bab 11 Undang-Undang Kepailitan AS, atau yang dikenal dengan sebutan Chapter 11 dengan menjaminkan aset senilai 21 miliar dollar AS dan lialibilitas sebesar 18 miliar dollar AS untuk perlindungan kebangkrutan tersebut.
Baca juga: Mantan Pemilik Avianca Berencana Beli Alitalia, Sesumbar Bakal Kasih Untung Sejak Enam Bulan Pertama
Kendati demikian, afiliasi atau anak perusahaan LATAM di Argentina, Brasil, dan Paraguay tidak termasuk dalam perlindungan Chapter 11 tersebut. Sisanya, induk perusahaan di Chili dan anak perusahaan di Kolombia, Peru, dan Ekuador termasuk di dalamnya.
Perlindungan Chapter 11 memudahkan perusahaan yang tidak mampu membayar utang, dengan melakukan restrukturisasi tanpa tekanan dari kreditur. Sejauh ini, LATAM per 30 April lalu tengah tersangkut utang sebesar US$2,2 miliar atau Rp32 triliun (kurs 14,892).
Utang sebesar itu, berdasarkan catatan pengajuan di pengadilan, setidaknya melibatkan lima kreditur besar dunia berkenaan dengan 61 pesawat dan 56 mesin, mulai dari Wilmington Trust (US$778 juta), Citibank (US$603 juta), Credit Agricole (US$274 juta), Wells Fargo WFC (US$277 juta), dan Natixis ($ 243 juta). Pesawat dan mesin tersebut saat ini sudah disita pihak bank. 61 pesawat tersebut terdiri dari 20 A321, sembilan 767, empat 787, dua A350 serta 26 pesawat lainnya tak disebutkan.
Selain memiliki utang dengan lima kreditur di atas, LATAM juga tercatat memiliki utang terhadap beberapa perusahaan lainnya, seperti perusahaan bahan bakar BP, Repsol, dan World Fuel, lessor AerCap, Avolon, dan BBAM, pengelola navigasi udara di Argentina dan Chili, aliansi OneWorld, produsen mesin CFM, Collins, dan CAE, dua bank di Chili dan Peru yakni Banco Santander Chile dan Banco de Credito del Perú, juga memiliki utang kepada Boeing, Etihad, dan Gate Gourmet. Total utang kesemuanya disebut mencapai sebesar 7 miliar dollar AS.
Forbes mengabarkan, maskapai yang telah memecat 1.800 karyawannya dari total pekerja lebih dari 40.000 orang di empat negara ini akan terus beroperasi lewat Perlindungan Chapter 11 yang diajukan sembari melakukan restrukturisasi kredit guna membayar utangnya. LATAM masih bisa beroperasi dengan pesawat lainnya yang tak disita bank. pada 31 Desember 2019 lalu, LATAM tercatat memiliki 342 pesawat, dimana dua pertiganya milik sendiri dan sisanya milik lessor.
Maskapai yang bermarkas di Santiago, Chili tersebut akan tetap beroperasi dengan jadwal terbatas dan mengajukan pinjaman sebesar 900 juta dollar AS. Dana pinjaman tersebut berhasil terkumpul dari pemegang saham, Amaro familiy, dan Qatar airways; bukan dari pemerintah.
Pasalnya, pemerintah Chili memang tak menawarkan dana talangan, sebagaimana negara-negara Amerika Latin pada umumnya, berbeda dengan AS, Eropa, dan Asia yang rela menggelontorkan dana besar untuk menyelamatkan maskapai nasional mereka. Pandemi Covid-19 telah memberikan pukulan terhadap industri penerbangan di seluruh dunia.
“Keadaan luar biasa telah menyebabkan jatuhnya permintaan global dan tidak hanya membawa penerbangan mandek, tetapi juga telah mengubah industri untuk masa yang akan datang,” ujar CEO LATAM, Roberto Alva. Sebelumnya, selain LATAM, beberapa maskapai telah terlebih dahulu bangkrut akibat virus corona atau Covid-19, mulai dari Avianca, Virgin Australia, FlyBe, dan Trans State Airlines.