Perusahaan dirgantara pelat merah asal Cina, China Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) mulai goyang duopoli Boeing dan Airbus. Betapa tidak, dengan pesanan nyaris 1.000 pesawat, COMAC memang benar-benar akan menjadi penantang serius produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) dan Eropa itu.
Baca juga: Yang Menarik dari Air China – Terobsesi Gunakan Pesawat Produksi Dalam Negeri
Reuters melaporkan, belum lama ini, COMAC dan China Express Airlines atau biasa juga dikenal sebagai Huaxia Airlines meneken perjanjian pembelian total 100 pesawat penumpang ARJ21 dan C919. Tidak disebutkan dengan jelas berapa pembagiannya.
Bahkan, media propaganda Partai Komunis Cina (PKC), Global Times, menyebut COMAC hingga saat ini telah menerima pesanan 815 pesanan untuk C919 dari 28 maskapai domestik dan asing. Tak disebutkan apakah jumlah tersebut termasuk pesanan 100 pesawat oleh China Express Airlines atau berbeda. Bila berbeda, berarti pesanan COMAC sudah mencapai hampir 1.000 pesawat.
Wu Guanghui, wakil Kongres Rakyat Nasional (NPC) sekaligus kepala desainer pesawat mengungkap, saat ini, total enam pesawat C919 sudah memasuki fase uji terbang dan sertifikasi kelaikan terbang dari otoritas penerbangan sipil Cina di tahun lalu. Hasilnya, proses uji coba yang dilakukan di Shanghai, Xi’an, Dongying, dan Nanchang berjalan dengan baik. Bila proses sertifikasi yang sempat tertunda beberapa tahun ini selesai, bukan tak mungkin, jumlah pesanan pesawat akan lebih meningkat dari sekedar 1.000 pesanan.
Menariknya, bukan hanya narrowbody, pangsa pasar widebody juga ingin disusupi COMAC. Wu mengungkapkan bahwa pesawat CR929 sekarang dalam tahap desain awal. Pesawat widebody jarak jauh itu dikembangkan bersama oleh COMAC dan United Aircraft Corporation milik Rusia. Pesawat tersebut diklaim akan memiliki jangkauan terbang sejauh 12.000 kilometer, dengan tiga lorong, dan 280 kursi.
Meskipun tak secara gamblang menyebut, langkah perusahaan dirgantara dalam negeri atau BUMN Cina ini memang dilakukan untuk bisa menyaingi dua produsen pesawat yang berkuasa di dunia Airbus dan Boeing.
Menyadari hal itu telah berada di depan mata, Menteri Keuangan Perancis, Le Maire belum lama ini mengatakan, salah satu alasan dikucurkannya dana senilai €15 miliar atau Rp239 triliun (kurs 1 euro = Rp15.725) untuk melindungi persaingan produsen pesawat global ke arah duopoli antara Boeing dan Comac dari Cina. Padahal, di saat yang bersamaan, Cina justru memandang duopoli itu terjadi antara Airbus dan Boeing.
Baca juga: CRAIC CR929, Kolaborasi Rusia dan Cina di Pasar Pesawat Wide-Body
Berbeda dengan pesawat narrowbody Cina penantang Airbus dan Boeing, C919, yang masih harus melewati proses sertifikasi, pesawat lainnya yang lebih kecil, ARJ21, telah lebih dahulu mulai merusak pasar ATR, Embraer, atau bahkan Bombardier.
Menurut laporan Global Times, pada akhir Mei, COMAC juga telah mengirimkan 25 jet regional ARJ21-700 ke tiga maskapai di negara itu, yaitu dari Chengdu Airlines, Tianjiao Airlines, dan Jiangxi Airlines. Ketiga maskapai bahkan telah membuka 50 rute ke 50 kota dan menyelesaikan lebih dari 830.000 penerbangan penumpang. Selain itu, tiga maskapai penerbangan negara terbesar di Cina, Air China, China Eastern, dan China Southern, tahun ini sudah mengumumkan kesepakatan untuk setiap pembelian 35 jet ARJ21.