Pada artikel kami terdahulu, sempat disinggung mengenai teknologi kereta cepat yang diprediksi dapat menyalip kedigdayaan jalur udara pada masa yang akan datang. Nampaknya prediksi tersebut bukanlah sekedar isapan jempol semata, karena dalam hitungan beberapa tahun ke depan, ibukota Swedia dan Ibukota Norwegia akan terkoneksi dengan jalur kereta cepat. Tentu saja, Negara Skandinavia ini tidak berdiri sendiri, ada peran Cina dibalik terwujudnya kereta cepat ini.
Dihimpun KabarPenumpang.com dari laman thelocal.no (27/1/2018), sebuah kereta cepat direncanakan hadir menjembatani dua Ibukota di Negara Skandinavia, yaitu antara Stockholm dan Oslo. Menurut laman sumber, delegasi Cina menyambangi Oslo sekitar awal Januari kemarin guna membahas proyek potensial bernilai miliaran Euro tersebut.
“Kami telah melakukan pembahasan dengan pihak Cina bagaimana mereka berpotensi dan mampu melakukan pendanaan terhadap proyek kereta cepat ini,” ungkap Alf S Johansen dari Värmland-Østfold Border Committee, salah satu koordinator proyek kereta cepat ini. “Tidak berhenti sampai di situ saja, Cina juga memiliki kapasitas dan kompetensi untuk melakukan ekspansi terhadap proyek ini,” imbuhnya.
Ada dua kemungkinan yang dapat ditempuh oleh kedua belah pihak, pertama adalah melibatkan pembangunan dan pemurnian kembali jalur rel yang sudah ada sebelumnya dengan dana di atas €5,1 miliar atau yang setara dengan Rp84,4 triliun. Kemungkinan kedua adalah melakukan pembangunan baru terhadap keseluruhan infrastruktur, dimana opsi ini menelan dana yang lebih fantastis, yaitu sekitar €17,3 miliar atau yang setara dengan Rp286,3 triliun.
Jika proyek ini sukses, maka estimasi perjalanan antara dua kota ini yang semula berdurasi enam jam, dapat dipangkas menjadi kurang dari tiga jam saja melalui jalur darat. Sebagaimana yang sudah disinggung di atas, proyek ini ditujukan untuk menjaring penumpang yang selama ini lebih memilih untuk menggunakan layanan udara. Dengan kata lain, persaingan antara kereta cepat dan jasa penerbangan menjadi semakin memanas.
“Prospek proyek ini sangatlah cerah, dimana kita memprediksi hanya membutuhkan waktu beberapa tahun saja untuk bisa balik modal,” tukas Alf S Johansen sumringah.
Nampaknya, pembangunan kereta cepat yang menghubungkan Stockholm dan Oslo cukup masuk di akal, mengingat jarak yang membentang diantara kedua kota tersebut tidaklah dekat (sekitar 524,9km). Perjalanan darat terlalu melelahkan untuk ditempuh, sedangkan jalur udara terlalu mahal untuk ditunggangi. Maka tidak heran jika Alf S Johansen memprediksi kehadiran kereta berkecepatan tinggi ini menjadi sebuah alternatif.
Baca Juga: Jokowi Mandatkan Peninjauan Ulang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Dibandingkan dengan di Indonesia, dimana Cina mengambil peran yang sama seperti di Swedia, proyek yang ditunggangi PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) ini menuai banyak kontroversi dalam pembangunannya. Proyek yang menghubungkan Jakarta – Bandung ini dinilai tidak terlalu efisien, pasalnya dua kota ini sudah terkoneksi dengan jalur tol Cikampek – Cipularang yang hanya memakan waktu dua hingga tiga jam perjalanan saja. Jika proyek kereta cepat ini rampung, maka Jakarta – Bandung dapat ditempuh dalam waktu 45 menit saja.
Selain itu, proyek yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini juga sempat mengalami fase stagnasi yang cukup lama, dengan dalih terhimpit masalah pembebasan lahan. Pemberitaan terakhir menyebutkan bahwa Presiden Jokowi menurunkan mandat kepada direksinya untuk melakukan peninjauan ulang terhadap proyek yang menelan dana sekitar US$5 miliar ini.