China Airlines dikabarkan batal mempensiunkan Queen of the Skies Boeing 747. Hal itu dikarenakan pandemi virus Corona yang masih berlangsung sehingga, maskapai memilih menunggu sampai kondisi membaik dan menggelar upacara sederhana melepas pesawat ikonik itu.
Baca juga: Kesal Berada di Bawah Pengaruh Cina, China Airlines Ingin Ganti Nama Jadi Taiwan Airlines?
Dilansir Simple Flying, salah satu maskapai terbesar di Taiwan ini diketahui mengumumkan berencana mempensiunkan Boeing 747-400 pada awal Januari lalu. Skenarionya pun sudah amat matang, didahului dengan serangkaian penerbangan terakhir Boeing 747 lewat program “Farewell Party for the Queen of the Sky” mulai 6 Februari, sebelum akhirnya pesawat dikirim ke fasilitas penyimpanan jangka panjang.
Saat itu, para penumpang program tersebut diajak terbang keliling Taiwan, melihat Gunung Fuji di Jepang, keliling beberapa prefektur di Jepang, sebelum akhirnya kembali ke Bandara International Taoyuan selama kurang lebih 5 jam 40 menit. Selain dikenal sebagai acara perpisahan Boeing 747, program ini juga dilabeli dengan flight to nowhere atau terbang dan mendarat di bandara yang sama.
Flight to nowhere gagasan China Airlines bersama kompetitornya, Eva Air, bahkan viral di seluruh dunia dan pada akhirnya diikuti oleh banyak maskapai di berbagai negara, seperti Singapore Airlines, Royal Brunei Airlines, Qantas, dan Thai Airways.
Menurut data dari Planespotters.net, sepanjang sejarah perusahaan berdiri, China Airlines sudah memiliki total 60 Boeing 747. Saat ini, Queen of the Skies tersisa 22 unit, dimana empat di antaranya beroperasi mengangkut penumpang dan sisanya sebagai angkutan kargo.
Tak diketahui secara persis sampai kapan penundaan pensiun Boeing 747 China Airlines dilakukan. Yang jelas, selama apapun penundaan dilakukan, hal itu tetap tidak mengubah fokus maskapai untuk beralih ke pesawat twin jet canggih, salah satunya seperti Airbus A350.
Disebutkan, maskapai -yang ingin mengganti nama karena kesal selalu dihubungkan dengan Cina daratan- ini sudah memiliki total 14 Airbus A350-900. Pesawat ini dinilai cocok untuk China Airlines yang mengandalkan point-to-point sebagai fokus bisnis perusahaan, baik itu antar benua ataupun negara, salah satunya seperti rute Kaohsiung-Jakarta.
Baca juga: Beredar Kabar China Airlines Lakoni Rute Domestik Jakarta–Makassar, Ini Penjelasannya!
Sebagai informasi, 1 Juli 2018 silam, China Airlines secara resmi membuka rute Kaohsiung ke Jakarta melalui Hong Kong. Dibukanya rute ke Jakarta semakin mengukuhkan eksistensi maskapai sebagai salah satu operator maskapai terkemuka di Taiwan yang akan mengeksplorasi pasar perjalanan Asia Tenggara.
Sebelum pandemi virus Corona, China Airlines memiliki 28 layanan mingguan dengan tujuan Indonesia termasuk Jakarta, Surabaya dan Bali. Penerbangan ini melakukan yang terbanyak oleh maskapai tunggal antara Taiwan dan Indonesia. Dengan rute baru ini, CAL sendiri optimis tentang pasar Indonesia dan menargetkan pelancong Indonesia yang ingin transit melalui Taiwan dalam perjalanan ke Eropa dan Amerika Utara.