Tabrakan dengan kawanan burung atau bird strike pada umumnya kerap terjadi tak lama setelah pesawat lepas landas. Singkatnya, bird strike mayoritas terjadi di sekitar bandara. Hal itu dimungkinkan karena ketinggian pesawat masih dalam jangkauan terbang burung yang pada umumnya maksimal bisa mencapai ketinggian 4.800-an meter.
Baca juga: Lima Kecelakaan Penerbangan Akibat ‘Bird Strike’ Terburuk di Dunia
Di Amerika Serikat, data dari Federal Aviation Administration (FAA) menunjukkan, sekitar 90 persen dari insiden bird strike terjadi di sekitar bandara.
Oleh karenanya, manajemen pengelolaan bandara dalam kaitannya dengan upaya pencegahan bird strike harus dilakukan secara maksimal. Bila perlu, harus melibatkan teknologi terkini seperti robot.
Terkait penggunaan robot dalam mencegah bird strike, Bandara Sola atau Stavanger Airport mungkin jadi salah satu contoh menarik.
Dilansir airport-business.com, sejak 2017 lalu, bandara yang terletak di Rogaland county, Norwegia, itu menjadi instalasi uji coba penggunaan robot pemotong rumput di sekitar landasan pacu (runway) buatan ECHO Airport Services, anak perusahaan dari Yamabiko Europe, perusahaan yang kondang dikenal aktif berinovasi membantu agar bandara menjadi aman, ramah lingkungan, dan efisien lewat kehadiran robot.
Selama proses uji coba, robot pemotong rumput bertenaga listrik ini dioperasikan selama 24 jam non-stop dalam sepekan, dengan area operasi mencapai 56 hektar atau sekitar 50 luas lapangan sepak bola di sekeliling runway. Robot yang sudah diproduksi sebanyak 5.000 unit dan digunakan di banyak tempat di Eropa tersebut juga dilengkapi dengan GPS, sehingga memudahkan proses pemantauan.
Dalam uji coba itu, beberapa robot pemotong rumput di sekitar runway yang dikerahkan, masing-masing beroperasi di area seluas 2.5 hektar tanpa pernah sekalipun meninggalkan lokasi. Setiap area dipotong atau dipangkas setiap 72 jam sekali untuk menjaganya tetap pendek, indah, dan lebih dari itu semua, mencegah datangnya burung atau mencegah terjadinya bird strike.
“Robot pemangkas rumput lebih aman daripada petugas pemotongan manusia,” jelas Didier Bennert, CEO ECHO Airport Services.
“Ini (penggunaan robot) menyebabkan penurunan yang signifikan soal keberadaan burung dan mamalia yang mengantar pada bird strike, seperti yang dialami oleh Bandara Sola selama empat tahun terakhir. Robot tersebut tidak memiliki emisi gas rumah kaca karena didukung dengan panel surya atau fotovoltaik. Dan mereka lebih murah untuk dioperasikan daripada teknik pemotongan tradisional,” tambahnya.
Baca juga: Efek Bird Strike: Pesawat Setara Tabrak Objek Seberat 32 Ton! Kok Bisa?
Pasca uji coba, Bandara Sola hanya mengoperasikan dua robot pemangkas rumput itu. Seiring efektivitas dan efisiensi yang dicapai, pengelola bandara pun menambahnya hingga memiliki total 26 robot.
Selain Bandara Sola, robot pemangkas rumput serta pencegah bird strike ini juga digunakan di banyak bandara di Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan Selandia Baru. Dengan jangkauan pemotongan rumput yang ditingkatkan, mencapai 7,5 hektar untuk satu robot, bukan tak mungkin bandara lain akan segera menggunakan robot tersebut.