Terjawab sudah teka-teki armada pesawat maskapai baru Arab Saudi, Riyadh Air. Negara kaya minyak pimpinan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) itu dikabarkan sepakat membeli 121 pesawat Boeing 787 Dreamliner untuk dua maskapai nasionalnya, Riyadh Air dan Saudi Arabian Airlines (Saudia).
Baca juga: Pangeran Arab Saudi Dirikan Maskapai Baru Riyadh Air, Siap Saingi Emirates Sampai Qatar Airways
Sebelumnya, Airbus dikabarkan berada di atas angin dengan total pesanan mencapai 40 jet Airbus A350 Airbus. Namun, Selasa lalu, laporan menyebutkan Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS) sepakat atas pembelian 121 pesawat Boeing 787 Dreamliner dengan nilai transaksi mencapai US$37 miliar.
Pembelian besar-besaran dari Arab Saudi tersebut tak sekadar memperkuat barisan armada maskapai nasionalnya saja dalam merealisasikan Visi 2030, tetapi juga menjadi sinyal kedekatan hubungan Riyadh dan Washington.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip NHK World, pemerintah AS menyambut baik kesepakatan tersebut. Lebih lanjut, kesepakatan tersebut disebutnya dalam membuka 1 juta lapangan pekerjaan bagi warga AS. Washington menyebut akan terus menjalin kerja sama dengan Riyadh.
“(Kesepakatan itu) mendukung lebih dari satu juta pekerjaan Amerika,” tulisnya. “AS akan terus mendukung Timur Tengah, “yang pada akhirnya menguntungkan rakyat Amerika,” tambahnya.
Sebelumnya, Putra Mahkota Arab Saudi Panegran MBS akhir pekan lalu mengumumkan berdirinya maskapai baru bernama Riyadh Air. Maskapai ini adalah wujud dari realisasi rencana besar pangeran MBS dalam Visi 2030 yang hendak mendatangkan 100 juta wisatawan. Ini sekaligus mengubah orientasi pendapatan Arab Saudi dari mengandalkan minyak menjadi pariwisata.
Pangeran MBS menunjuk Tony Douglas yang sudah malang-melintang di industri dirgantara sebagai CEO. Tony dan Riyadh Air ditargetkan dapat melayani lebih dari 100 destinasi di seluruh dunia tahun 2030, bahu membahu bersama maskapai nasional Arab Saudi lainnya, Saudi Arabia Airlines (Saudia).
Target tersebut akan memanfaatkan lokasi strategis Arab Saudi yang berada di antara Asia, Afrika, dan Eropa, menjadikannya salah satu pilihan hub terbaik di dunia, demikian dilansir CNBC International.
Baca juga: Kasihan, Boeing 747-8 VIP Bekas Kerajaan Arab Saudi ‘Dimutilasi’: Baru Mencatat 50 Jam Terbang
Riyadh Air diharapkan dapat menyumbang US$20 miliar untuk pertumbuhan PDB non-minyak Arab Saudi. Maskapai juga ditarget dapat menciptakan lebih dari 200 ribu lapangan pekerjaan baik secara langsung maupun tak langsung.
Arab Saudi menggelontorkan miliaran dollar AS untuk mewujudkan Visi 2030. ‘Visi 2030’ sendiri ialah sebuah rencana pembangunan jangka panjang Arab Saudi yang menekankan pada diversifikasi ekonomi agar tak hanya mengandalkan minyak bumi yang harganya terus turun dan cenderung tidak stabil.