Bus listrik milik TransJakarta kini tak asing wara-wiri di tengah kepadatan lalu lintas, namun ada yang berbeda dari ‘sebagian’ bus listrik yang melaju di Beijing dan Shanghai, di dua kota utama Cina itu tak sulit melihat bus dengan pantograf jaringan kabel listrik atas.
Bus listrik dengan pantograf, yang biasa dikenal sebagai trolleybus, rupanya bukan berasal dari Cina. Dari beberapa literasi, trolleybus pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-20. Sistem ini menggunakan kabel listrik di atas jalan raya untuk memasok energi ke bus melalui pantograf atau tiang kontak.
London Mulai Gunakan Bus Listrik dengan Pantograf, Isi Ulang Baterai Hanya 10 Menit
Konsep trolleybus pertama kali diusulkan oleh Werner von Siemens, seorang insinyur Jerman, pada tahun 1882. Sistem percobaan bernama Elektromote dioperasikan di sebuah jalur pendek di kota Halensee, Berlin, Jerman. Elektromote menggunakan dua kabel listrik di atas jalan untuk menggerakkan bus dengan roda karet.
Meski digaungkan oleh insinyur Jerman, namun sistem trolleybus komersial pertama di dunia justru mulai beroperasi di Leeds, Inggris, pada tahun 1911. Sistem ini kemudian diikuti oleh kota-kota lain di Eropa, seperti London dan Paris, serta di Amerika Utara.
Pada awalnya, trolleybus menggunakan dua tiang panjang dengan roda kecil di ujungnya untuk menjaga kontak dengan kabel listrik overhead. Seiring waktu, desain pantograf berkembang untuk meningkatkan stabilitas dan mengurangi kehilangan kontak dengan kabel.
Keunggulan desain trolleybus utamanya tidak menghasilkan emisi langsung, yang membuatnya lebih ramah lingkungan dibandingkan bus berbahan bakar fosil. Efisiensi tinggi karena menggunakan energi listrik, dan lebih tenang dibandingkan bus berbahan bakar internal.
Pada pertengahan abad ke-20, trolleybus menjadi populer di berbagai negara di Eropa, Amerika Utara, dan Asia. Kota-kota seperti Moskow, San Francisco, dan Shanghai mengadopsi sistem ini dalam skala besar.
Trolleybus di Cina
Trolleybus pertama di Cina diperkenalkan di Shanghai pada 15 November 1914. Ini menjadikan Shanghai sebagai kota pertama di Asia yang mengoperasikan sistem transportasi trolleybus.
Trolleybus di Cina disebut sebagai (Wúguǐ Diànchē), yang secara harfiah berarti “kendaraan listrik tanpa rel”. Nama ini mencerminkan cara kerjanya, yaitu bus listrik yang mendapatkan daya dari kabel udara melalui tiang pantograf, tanpa memerlukan rel seperti trem.
Sistem ini dioperasikan oleh perusahaan swasta Inggris dengan rute pendek di wilayah kota. Namun, proyek awal ini berumur pendek karena kendala teknis dan kurangnya permintaan.
Shanghai memperkenalkan kembali sistem trolleybus pada 1936, yang lebih modern dan lebih sesuai dengan kebutuhan transportasi kota yang terus berkembang.
Setelah berdirinya Republik Rakyat Cina (1949), pemerintah mulai melihat potensi transportasi listrik seperti trolleybus sebagai solusi hemat energi dan ramah lingkungan, terutama di kota-kota besar. Beijing memperkenalkan sistem trolleybus pada 1951. Kota-kota lain seperti Tianjin, Guangzhou, dan Wuhan juga mulai mengembangkan jaringan trolleybus.
Beijing masih mengoperasikan jaringan trolleybus besar, dengan lebih dari 20 rute aktif. Kota-kota lain seperti Shanghai, Guangzhou, dan Harbin juga mempertahankan sistem trolleybus yang telah ditingkatkan dengan teknologi modern.
Bukan Tanpa Tantangan
Meski menawarkan sejumlah keunggulan, desain trolleybus menciptakan ketergantungan pada infrastruktur kabel overhead membuat trolleybus kurang fleksibel dibandingkan bus berbahan bakar fosil atau baterai.
Di beberapa kota, trolleybus digantikan oleh bus diesel atau bus listrik berbaterai modern yang tidak memerlukan kabel overhead.
Lantaran tidak melaju di dalam rel, lantas bagaimana bila sang sopir bus tidak sengaja keluar dari jalur kabel listrik? Atau bagaimana bila pasokan listrik terputus? Nah, desain trolleybus sudah mengantisipasi hal seperti di atas, pasalnya tersedia pasokan tenaga dari baterai, yang membuat bus masih dapat melaju dengan durasi 10 sampai 30 menit pasca terputus dari sumber listrik jaringan kabel atas.
Harapan untuk Transportasi Jakarta, Ada Bus Listrik dengan Teknologi Pantograf