Pada 4 Februari 1974, sebuah bus yang mengangkut personil Angkatan Bersenjata Inggris dan keluarganya dibom di dekat Oakwell Hall, antara persimpangan 26 dan 27, jalan raya M62, West Riding of Yorkshire, Inggris. Ledakan ini menyebabkan 12 orang yakni sembilan tentara dan tiga warga sipil tewas oleh bom yang disembunyikan di bagasi bus tersebut.
Diduga pengebom bus tersebut adalah kelompok pemberontak Tentara Republik Irlandia (IRA). Saat itu bus diketahui tengah membawa tentara dan keluarganya dari Manchester menuju ke Catterick setelah cuti akhir pekan.
Saat bom meledak di dalam bus, para penumpang tengah tidur dan terdengar beberapa mil jauhnya. Bahkan bagian bus dan tubuh penumpangnya terlempar sejauh 230 meter. Sebelas penumpang tewas saat bom meledak dan melukai lebih dari 50 orang lainnya serta satu penumpang meninggal empat hari kemudian.
KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, 12 penumpang yang tewas adalah sembilan tentara yang mana dua dari Artileri Kerajaan , tiga dari Korps Sinyal Kerajaan dan empat dari Resimen Kerajaan Batalyon Fusiliers ke-2. Salah satunya adalah Kopral Clifford Haughton menjadi korban tewas bersama sang istri Linda dan kedua putranya yakni Lee berusia lima tahun dan Robert berusia dua tahun.
Karena insiden ini, pemerintah Inggris sangat marah dengan politisi senior dari semua partai menyerukan tindakan segera terhadap para pelaku dan IRA yang dicurigai sebagai pelaku utamanya. Bahkan hampir semua media di Inggris mengutuk kekejaman yang dilakukan oleh IRA.
Dugaan pengeboman ini di mana IRA memanfaatkan kemelut hengkangnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Bahkan ternyata sebelum pengeboman terjadi, aksi kekerasan sering terjadi dan banyak yang mendesak para politikus untuk turun tangan dalam menjaga kedamaian.
Menyusul ledakan tersebut, publik dan politisi Inggris dari ketiga partai besar menyerukan “keadilan yang cepat”. Penyelidikan polisi berikutnya yang dipimpin oleh Inspektur Kepala Detektif George Oldfield dilakukan dengan terburu-buru, ceroboh dan akhirnya dipalsukan, mengakibatkan penangkapan Judith Ward yang sakit jiwa.
Ward mengaku telah melakukan serangkaian pemboman di Inggris pada tahun 1973 dan 1974 serta telah menikah dan memiliki bayi dengan dua anggota IRA terpisah. Terlepas dari pencabutan klaim ini juga karena kurangnya bukti yang menguatkan terhadapnya, dan kesenjangan serius dalam kesaksiannya yang sering bertele-tele, tidak koheren dan “tidak mungkin” diadihukum secara salah pada November 1974.
Menyusul hukumannya, Biro Publisitas Republik Irlandia mengeluarkan pernyataan, “Nona Ward bukanlah anggota Óglaigh na hÉireann dan tidak digunakan dalam kapasitas apa pun oleh organisasi. Dia tidak ada hubungannya dengan bom bus militer (pada 4 Februari 1974), pengeboman Stasiun Euston dan serangan terhadap Latimer Military College. Tindakan tersebut adalah operasi resmi yang dilakukan oleh unit Tentara Republik Irlandia”.
Setelah pada tahun 1974 Judith Ward dihukum karena kejahatan tersebut, 18 tahun kemudian hukuman tersebut dinilai salah dan dia dibebaskan dari penjara.