Japan Airlines (JAL) akhirnya mempensiunkan Boeing 777 bermesin Pratt & Whitney (P&W). Keputusan tersebut diambil menyusul insiden mesin pesawat Boeing 777 United Airlines terbakar dan meledak saat di udara.
Baca juga: Ternyata Ini Penyebab Mesin Boeing 777 United Airlines Terbakar di Udara
Dilansir king5.com, semula maskapai nasional Jepang itu sudah berencana mempensiunkan Boeing Triple Seven Maret 2022 mendatang. Namun, perusahaan mulai meninjau ulang keputusan tersebut sejak Desember 2020 silam.
Ketika itu, pesawat Boeing 777 Japan Airlines dengan nomor penerbangan JL904 yang juga menggunakan mesin P&W4000 mengalami kerusakan di bagian mesin. Disebutkan, Badan Keselamatan Transportasi Jepang melaporkan dua bilah kipas rusak, salah satunya retak akibat kelelahan logam atau metal fatigue. Seolah bimbang, JAL tetap melanjutkan operasional mereka bersama pesawat tersebut.
Namun, ketika insiden serupa terulang di pesawat United Airlines, JAL bergerak cepat hingga akhirnya bulat mempensiunkan armada Boeing 777-nya.
Sebagai gantinya, JAL akan mengerahkan jet widebody lainnya yang lebih modern, yaitu Airbus A350-900 dengan basis di Bandara Itami Osaka. Selain itu, JAL juga memperkenalkan pesawat Boeing 767 yang dikonfigurasi secara internasional dalam jaringan domestik untuk mengisi kekosongan usai mempensiunkan Boeing 777.
Sebetulnya, JAL bisa dibilang terburu-buru memutuskan hal itu. Padahal, bila berkaca dari laporan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB), metal fatigue yang menjadi dalang insiden mesin pesawat Boeing 777 United Airlines terbakar dan meledak saat di udara masih tergolong pada kerusakan mesin terkendali. Artinya, tak ada ancaman berarti bilapun JAL tetap menerbangkan Triple Sevennya.
Dikutip dari Simple Flying, menurut Skybrary, kegagalan mesin terkendali bisa dibilang tidak sampai menyebabkan komponen-komponen mesin lepas dan puing-puingnya jatuh tanpa terkendali sehingga membahayakan orang-orang di darat.
Terbayang bukan, bila puing-puing mesin membentur badan atau bagian lain pesawat, yang notabene kabinnya bertekanan, bisa saja membuat lubang, terjadi dekompresi eksplosif, serta membuat pesawat kehilangan ketinggian.
Poinnya, kegalalan mesin terkendali tidak membahayakan penerbangan dan orang-orang yang berada di darat karena komponen mesin tidak lepas secara sporadis.
Berbeda dengan kegagalan mesin terkendali, kegagalan mesin tidak terkendali kondisinya jauh lebih rumit. Komponen-komponen mesin lepas dan jatuh ke daratan. Selain itu, komponen yang lepas secara sporadis juga masih dimungkinkan untuk membentur badan pesawat sehingga membayakan penerbangan.
Baca juga: ANA Sulap Pesawat Boeing 777 yang Di-grounded Jadi Restoran, Sekali Makan Rp7,8 Juta!
Agar pesawat Boeing 777 yang dipensiunkan tetap berguna dan menghasilkan pundi-pundi uang, JAL mungkin bisa mendapat inspirasi dari kompetitor domestiknya, All Nippon Airways (ANA).
Tak ingin pesawatnya mangkrak akibat grounded berkepanjangan, ANA menyulap salah satu Boeing Triple Sevennya menjadi restoran. Harga menyantap sajian makanan di sini tak tanggung-tanggung, mencapai US$540 atau sekitar Rp7,8 juta (kurs 14.525) untuk paket makanan di first class untuk sekali makan.