Boeing lagi-lagi kembali menjadi sorotan media massa, setelah sejumlah korporasi menuntut kompensasi terkait penangguhan pesawat komersial berjenis 737 MAX. Sebut saja maskapai asal Negeri Tirai Bambu, China Eastern Airlines yang telah mengajukan tuntuan pemberian kompensasi dari Boeing terkait penangguhan layanan tersebut. Padahal, maskapai yang berbasis di Shanghai ini berencana untuk menambah 60 armada baru di tahun 2019 ini – 11 diantaranya merupakan jenis Boeing 737 MAX.
Baca Juga: Grounded Boeing 737 MAX 8 Ikut Hantam Bisnis Agen Perjalanan Ini
Sebagaimana yang dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, belum diketahui secara pasti apakah maskapai ini akan melanjutkan pemesanan tersebut atau tidak. Kendati begitu, proses pengajuan kompensasi tersebut tetap bergantung pada apakah persoalan rancang bangun pesawat itu sebagai salah satu faktor utama yang memicu terjadinya kecelakaan atau tidak.
Diketahui, China Eastern Airlines memiliki tiga armada Boeing 737 MAX 8 dari total 36 pesanan yang masuk ke Boeing. Beruntung, pihak maskapai harus ‘kehilangan’ tiga armada yang termasuk baru ini ketika mereka telah melewati peak season puncak arus mudik dan balik libur Tahun Baru Imlek. Walaupun begitu, pihak maskapai terpaksa mengalami kerugian akibat pesawat yang tengah jadi pusat perhatian dunia ini tidak beroperasi sebagaimana mestinya.
Sederhananya seperti ini, jika ada sebuah maskapai yang masih memesan pesawat jenis Boeing 737 MAX, mungkin mereka hanya akan membatalkan pesanan tersebut dan berpindah ke lain hati. Namun lain ceritanya jika ada maskapai seperti China Eastern Airlines yang telah mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX (tiga unit), dan terpaksa mengandangkannya karena masalah keamanan. Wajar jika pihak maskapai melayangkan gugatan penggantian kompensasi sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap pabrikan pesawat ini.
Itu baru dari sisi maskapai saja, belum lagi investor. Mengutip dari laman Reuters.com (10/4/2019), seorang penggugat utama kasus ini, Richard Seeks mengatakan bahwa kompromi Boeing mulai muncul setelah kecelakaan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 penumpang, lima bulan setelah kecelakaan Lion Air yang juga menewaskan 189 penumpang.
Baca Juga: Pesanan ‘Kering,’ Boeing Alihkan SDM Untuk Perbaharui Sistem 737 MAX
Richard Seeks mengatakan, driinya membeli 300 saham Boeing pada awal Maret, dan menjualnya dengan kerugian dalam dua minggu terakhir. Penggugat mencari ganti rugi bagi investor saham Boeing dari 8 Januari hingga 21 Maret.
Tidak bisa dipungkiri, Boeing menghadapi banyak tuntutan hukum lainnya atas dua kecelakaan fatal tersebut, termasuk oleh keluarga korban dan oleh para pengambil bagian dalam rencana pensiun karyawannya.