Presiden Trump mengumumkan bahwa Boeing akan menyumbangkan tiga dari empat pesawat 747-400LCF Dreamlifter-nya dalam konferensi pers hari Jumat sore di Gedung Putih. Di depan awak media, ia pun dengan bangga menunjukkan foto burung besi terbesar milik Boeing tersebut. Pesawat berkapasitas 1.840 meter kubik atau 113 ton itu nantinya akan membantu upaya distribusi untuk memasok alat kesehatan seperti masker wajah, ventilator, dan kebutuhan lain bagi garda terdepan (pekerja medis) untuk melawan COVID-19.
Baca juga: Tim Formula 1 Mercedes-AMG Ciptakan Ventilator Canggih dan Lebih Mudah Digunakan
Seperti dilaporkan businessinsider.com, meskipun sempat mengaku kesulitan menjalankan roda bisnis pesawat sebagaimana mestinya, akibat rontoknya industri penerbangan global, Boeing akhirnya bisa bernapas lega setelah disebut telah menerima dana talangan sebesar $17 mliliar dolar atau sekitar Rp238 triliun (16.280) dari pemerintah federal.
Tentu saja dana talangan tersebut memang dimaksudkan untuk menjaga persaingan bisnis global Boeing agar tetap bisa bersaing saat berhadapan dengan raksasa produsen pesawat Eropa, Airbus. Meski demikian, tetap saja, ada konsekuensi yang harus dijalankan Boeing, salah satunya dalam misi pengiriman logistik untuk memerangi corona di Negeri Paman Sam.
Pasalnya, saat ini, AS yang semula damai dan aman sentosa dari ancaman virus corona dalam tempo beberapa waktu belakangan kemudian berubah menjadi sangat mencekam. Hingga kemarin, Amerika telah mencatat lebih dari 164 ribu kasus dimana 3 ribu orang lebih di antaranya meninggal. Bahkan, saking banyaknya yang meninggal, dalam sebuah video viral, truk es sampai harus dikerahkan untuk menyimpan sementara mayat korban corona di AS karena rumah sakit tidak lagi menampung lonjakan pasien yang terus bertambah pesat.
Oleh karenanya, pemerintah AS pun terus melakukan berbagai langkah taktis untuk memutus laju peningkatan kasus positif dan kematian corona. Salah satunya dengan cara mempercepat suplai logistik alat pelindung diri (APD) untuk para petugas medis di sejumlah negara bagian, khususnya New York yang jadi episentrum penyebaran corona di AS. Dengan load muatan yang cukup besar serta jarak tempuh yang bisa dipangkas, bila dibandingkan dengan menggunakan jalur darat, tentu kehadiran Boeing 747-400LCF Dreamlifter cukup krusial saat ini.
Sebelum adanya pandemi virus corona, Boeing 747-400LCF atau Large Cargo Freighter Dreamlifter dioperasikan untuk kebutuhan suplai logistik pesawat-pesawat Boeing, seperti sayap dan badan pesawat 787 Dreamliner, dan lainnya.
Baca juga: Kesulitan Cari Utang Baru, Boeing Sebut Butuh Suntikan Modal Segera
Seperti halnya Airbus BelugaXL, bagian kargo B747-400LCF juga tak bertekanan (unpressurized). Perbedaan utama di antara kedua raksasa terbang ini adalah bukaan pintu kargonya. Bila BelugaXL menerapkan bukaan pintu di depan kepala yang membuka ke atas, maka B747-400LCF mengadopsi pintu model swing-tail atau bukaan mengayun kesamping yang berada di pinggang belakang. Model tersebut tak lepas dari sumbangsih perusahaan asal Spanyol, Gamesa Aeronáutica, dalam perancangan pintu kargo yang berada di pinggang belakang pesawat.
Meskipun terlihat mewah, semua armada Boeing 747-400LCF Dreamlifter dibuat dari pesawat bekas pakai. Rinciannya, satu eks maskapai Air China, dua bekas pesawat China Airlines, dan satu lainnya berasal dari maskapai Malaysia Airlines. Tiga pesawat selesai dibangun dan beroperasi sejak Juni 2008. Sementara pesawat keempat mulai beroperasi pada Februari 2010.