Belum selesai merayakan keberhasilan 737 MAX lolos sertifikasi ulang dan comeback melayani penumpang, raksasa manufaktur dirgantara asal Amerika Serikat (AS), Boeing, kembali dipusingkan dengan persoalan lain. Rabu lalu, perusahaan mengaku hanya memproduksi dua 787 Dreamliner per bulan. Itu pun tidak dikirim ke operator manapun. Alhasil, tak ada uang yang didapat.
Baca juga: Demi Hemat Uang, Mantan Pilot Boeing 737 MAX Didakwa Bohongi FAA-Sebabkan Kecelakaan
Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mulai mengizinkan Boeing 737 MAX kembali melayani penumpang pada 18 November 2020, disusul regulator penerbangan sipil lainnya di Kanada, Brasil, Panama, Meksiko, Eropa, Cina, Malaysia, Singapura, dan India, beberapa waktu kemudian.
Belum genap tiga bulan, Boeing 737 MAX sudah berhasil mencatat 2.700 penerbangan penumpang dan 5.500 jam terbang bersama berbagai maskapai.
CEO Boeing, Dave Calhoun, mengungkapkan pihaknya sudah bekerja amat keras untuk memastikan retrofit 737 MAX aman.
Business Insider melaporkan, Boeing telah melalui proses perbaikan selama 400 ribu jam, 1.400 tes dan pengecekan, serta lebih dari 3.000 jam terbang pesawat 737 MAX. Hasilnya, Boeing mengklaim permasalahan software flight control -yang menjadi penyebab dua kecelakaan MAX- telah diselesaikan dengan baik.
Seiring kepercayaan publik terhadap 737 MAX, laporan CNN Internasional, Boeing mulai menambah produksi pesawat tersebut menjadi 19 unit per bulan pada kuartal ketiga, naik dari 16 unit per bulan pada kuartal sebelumnya. Boeing menargetkan produksi pesawat 737 MAX bisa mencapai 31 unit per bulan pada awal 2022.
Boeing juga mengaku sudah mendapat pesanan sebanyak 679 pesawat 737 MAX. Namun, itu belum menggantikan 1.000 pesanan yang dibatalkan pelanggan selama pesawat itu digrounded. Diperkirakan, sebagian besar pesanan pesawat itu akan dikirim pada akhir 2022.
Ini tentu menjadi kepuasan tersendiri bagi Boeing, mengingat 737 MAX sudah menguras kocek perusahaan sangat dalam untuk perbaikan sana sini, ditambah kehilangan begitu banyak pendapatan lantaran maskapai di seluruh dunia ramai-ramai membatalkan pesanan pesawat itu. Tak ada operator yang ingin membeli dan menerima pesawat yang digrounded selama 20 bulan itu.
Selesai satu masalah, masalah lain menunggu. Boeing ternyata masih dipusingkan dengan persoalan 787 Dreamliner.
Baca juga: Tak Percaya Boeing, FAA Inspeksi Langsung Pesawat Boeing 787 Dreamliner Soal Cacat Produksi
Juli lalu, Boeing menghentikan pengiriman pesawat itu setelah FAA menyatakan badan pesawat tidak memenuhi standar. Temuan FAA ini memang tak membuat pesawat yang sudah beroperasi bersama maskapai ditarik alias di-grounded. Tetapi, Boeing dilarang melakukan pengiriman pesawat ke klien.
Itu sebab, Rabu lalu, Boeing mengaku hanya memproduksi dua pesawat Boeing 787 Dreamliner per bulan, turun drastis dari lima unit per bulan. Saat ini, setidaknya ada 105 unit pesawat 787 Dreamliner yang selesai dibangun tetapi mangkrak alias tak dikirimkan ke siapapun. Boeing memprediksi bakal merogoh kocek US$1 miliar atau sekitar Rp14 triliun (kurs 14.219) untuk perbaikan.