Momen take-off dan landing menjadi salah satu bagian paling krusial di dunia aviasi, salah perhitungan sedikit saja maka akan dampaknya akan meluas hingga ke bandara terkait. Sama seperti yang terjadi pada pertengahan Oktober silam, dimana salah satu armada dari maskapai China Airlines mengalami pecah ban ketika pesawat tersebut baru saja mendarat di Bandara Internasional Kaohsiung, Taiwan. Beruntung, semua penumpang dan awak penerbang dinyatakan selamat dalam insiden mengerikan ini.
Baca Juga: Per 1 Juli 2018, China Airlines Buka Rute Kaohsiung-Jakarta
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman dailymail.co.uk (16/10/2018), pesawat Boeing 737-800 yang digunakan oleh China Airlines mendarat di runway 09 Bandara Internasional Kaohsiung setelah bertolak dari Manila, Filipina pada Selasa (16/10/2018). Pesawat dengan nomor penerbangan CI-712 tengah mengangkut 98 orang, termasuk penumpang dan awak penerbang. Semuanya berjalan normal hingga pada saat pesawat menyentuh tarmak Bandara Internasional Kaohsiung sekira pukul 11.38 waktu setempat, ban utama sebelah kiri pesawat pecah.
Gesekan yang terjadi menghasilkan api dan merusak runway bandara tersebut. Dalam salah satu momen yang berhasil diabadikan oleh salah seorang saksi mata, terlihat kobaran api menyala sepanjang pesawat meluncur di runway. Tak pelak, asap yang cukup pekat mengikuti arah laju dari pesawat malang ini. Dikabarkan, pesawat ini bertolak dari Manila, Filipina pada pukul 10.00 waktu setempat.
Menurut penuturan salah satu penumpang, ia dan beberapa penumpang lainnya sempat mendengar suara ledakan yang cukup keras dari dalam kabin sesaat setelah pesawat landing, namun dirinya tidak menyadari bahwa ledakan tersebut berasal dari ban sebelah kiri pesawat yang pecah. Sekira satu jam lamanya terperangkap di dalam pesawat pasca insiden, pada pukul 12.20 waktu setempat, para penumpang dan awak penerbang dengan dibantu oleh tim penyelamat dievakuasi menuju gedung terminal.
Adapun insiden ini berdampak pada ‘bekunya’ pengoperasian Bandara Internasional Kaohsiung selama kurang lebih lima jam – sekitar 66 penerbangan delay, dan lebih dari 7.000 penumpang ‘terbengkalai’.