Sudah bukan rahasia bahwa Emirates adalah maskapai pemilik Airbus A380 terbanyak di dunia. Maskapai ini memiliki 114 unit A380 plus tambahan delapan A380 yang masih dalam backlog Airbus. Namun, belakangan Emirates dikabarkan telah melakukan pembicaraan untuk membatalkan lima pesanan A380. Adapun tiga sisanya tetap akan dikirim meskipun telat, dari semula Maret 2020 menjadi tahun 2021 dengan bulan yang masih belum dapat dipastikan.
Baca juga: Empat Bulan Nganggur, Emirates ‘PHK’ Airbus A380 Pertama
Status maskapai yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab, tersebut sebagai operator A380 terbesar di dunia tentu agak aneh. Sebab, saat ini, era A380 diprediksi oleh banyak pengamat sudah habis. Penumpang lebih memilih penerbangan point to point ketimbang penerbangan transit. Jika demikian, seharusnya, pesawat-pesawat widebody twinjet lebih menarik ketimbang pesawat widebody quadjet superjumbo seperti A380.
Akan tetapi, kenyataannya tidak selalu demikian. Senior vice president for operations Emirates, Hubert Frach, mengatakan, justru koneksi atau basis hub itulah yang pada akhirnya menjadikan Emirates sebagai maskapai A380 terbanyak di dunia.
“Ini berfungsi dengan baik untuk struktur jaringan kami dari koneksi long haul to long haul. Ini memungkinkan kami untuk menawarkan koneksi yang efisien antara ekonomi berkembang dengan ekonomi mapan,” katanya, seperti dikutip dari Simpleflying.com. CEO Emirates, Tim Clark, juga ikut buka suara mengapa pihaknya menjadi operator A380 terbesar. Pun sebaliknya, ia juga menyinggung mengapa maskapai lain tergolong gagal memanfaatkan space besar A380. Di antaranya, Air France.
Menurutnya, Air France bisa dibilang setengah-setengah dalam mengoperasikan A380. Maklum, Air France hanya memiliki 10 A380. Hal itu justru menyebabkan maskapai kehilangan banyak uang akibat operasional dan perawatan yang membengkak. Sudah begitu, maskapai tersebut juga memilih penerbangan point to point ketimbang membawa banyak penumpang ke banyak negara dengan skema hub and spoke.
Bandingkan dengan Emirates, yang menyediakan penerbangan transit dari London Heathrow menggunakan A380 kemanapun di Asia, Afrika, dan Australia. Dalam keadaan normal, bahkan, Emirates bisa mengangkut penuh penumpang menggunakan A380 pada rute ini hingga tujuh kali sehari.
Selain itu, Dubai yang sudah secara mapan menjadi hub Eropa dengan Asia, Afrika, dan Australia juga menjadikan Emirates amat tepat dalam mengoperasikan A380. Tak peduli dari manapun penumpang di seluruh Eropa, selama mereka transit di Dubai, Emirates akan mengantarkan mereka kemanapun negara-negara di tiga benua itu. Begitulah rahasia Emirates dalam memanfaatkan slot besar A380.
Baca juga: Polemik Status “Shower Suite Attendant,” Inggris Larang Emirates Operasikan Shower Suite di A380
Kendati demikian, Tim Clark memang pernah menyebut bahwa A380 sudah tamat. Secara bertahap, maskapai itu akan benar-benar meninggalkan A380 hingga tak menyisakan satupun pesawat pada tahun 2035 mendatang. Sebagai gantinya, maskapai akan mendatangkan berbagai macam pesawat, seperti Airbus A350 XWB, A330neo, dan Boeing 787 Dreamliner di masa mendatang, selain tetap mengandalkan 155 Boeing 777 dan 126 Boeing 777X yang masih menunggu pengiriman.
Namun, dalam waktu dekat, paling tidak sampai akhir dekade, A380 akan tetap diandalkan Emirates untuk menjalankan skema hub and spoke, mengantarkan penumpang dari Eropa dan Amerika ke negara manapun di Asia, Afrika, dan Australia dalam jumlah banyak di setiap penerbangan.