Sejak Boeing mengakuisisi McDonnell Douglas pada tahun 1997, praktis, industri penerbangan global mengarah ke duopoli antara Boeing dan Airbus. Selama dua dekade lebih ini, keduanya selalu membuat pesawat-pesawat di pangsa pasar yang sama dengan ciri khas teknologi masing-masing.
Baca juga: Apa Sih Perbedaan Antara Boeing dan Airbus Dimata Seorang Pilot?
Meski spesifikasi dan cara menerbangkannya nyaris sama, namun, pilot dari salah satu produsen pesawat itu bisa menerbangkan pesawat kompetitor?
Dilansir dari Simple Flying, dari dua pangsa pasar pesawat, yaitu narrowbody dan widebody, Boeing dan Airbus senantiasa bersaing menjadi yang terbaik lewat pesawat-pesawat unggulannya. Berikut head to head pesawat Airbus dan Boeing di kedua pasar tersebut.
Airbus A320 vs Boeing 737.
Airbus A330 vs Boeing 777.
Airbus A350 vs Boeing 787.
Airbus A380 vs Boeing 747.
Dari keseluruhan pesawat di atas, pada umumnya kinerja mesin, aerodinamika, komponen pesawat, nyaris sama satu sama lain. Kendati demikian tentu tetap ada perbedaan mendasar pada kedua pesawat, mulai dari desain interior-eksterior hingga kokpit dan teknologinya.
Terkait perbedaan pesawat Boeing dan Airbus, seorang pilot bernama Steve Zago punya cerita tersendiri. Berdasarkan pengalamannya menerbangkan pesawat Boeing 737NG dan Airbus A330, di antara perbedaan paling mencolok dan krusial terletak pada penggunaan yoke dan joystick oleh Boeing dan Airbus.
“Jika Anda ingin membelokkan pesawat 25 derajat ke arah kiri, maka anda harus membelokkan sedikit kemudi ke arah kiri sembari menariknya ke arah belakang – dengan tujuan untuk tetap menjaga ketinggian pesawat. Namun di Airbus, Anda tidak lagi harus menarik tuas kemudi ke arah belakang, cukup membelokkan joystick ke arah kiri dan pesawat akan berbelok,” jelasnya.
Selain itu, penggunaan teknologi sistem kontrol penerbangan fly-by-wire oleh Airbus dan sistem kontrol penerbangan manual oleh Boeing juga turut menjadi pembeda ketika diterbangkan pilot.
“Di Boeing 737NG, tugas saya ketika sistem autopilot dimatikan adalah menjaga pengaturan yang ada di sayap agar pesawat tetap berada di ketinggian yang aman. Tidak ada komputer atau layar indikator fly-by-wire yang memberitahu sistem kontrol penerbangan untuk menjaga terus sayap sebelum approaching menuju bandara yang sebelumnya telah saya input,” lanjutnya.
Menjawab pertanyaan di awal, dari penjelasan di atas, sudah pasti, kendati cara menerbangkannya sama, namun, perbedaan teknologi antara pesawat Airbus dan Boeing membuat pilot yang biasa menerbangkan salah satu pesawat buatan kedua itu belum tentu bisa menerbangkan pesawat buatan lainnya.
Lagi pula, secara regulasi, lisensi pilot juga turut menentukan. Dari enam lisensi pilot, yaitu Student Pilot License (SPL), Private Pilot License (PPL), Commercial Pilot License (CPL), Instrument Rating (IR) dan Type Rating, Multi Engine Rating (MER), dan Airline Transport Pilot License (ATPL), umumnya pilot pesawat Airbus dan Boeing setidaknya mempunyai lisensi sampai level MER untuk twin engine dan ATPL untuk quad engine atau quad jet.
Namun, itu masih umum, nantinya pilot masih harus memiliki lisensi yang menunjuk pada tipe pesawat sehingga tidak bisa sembarangan untuk menerbangkan pesawat tipe lainnya. Tak seperti lisensi pada kendaraan di darat, seperti misalnya SIM A, yang berarti pengendara boleh mengendarai mobil merk Mercedes Benz, BMW, Lexus atau Toyota, Honda, Suzuki, dan lainnya, pada pesawat terbang berbeda.
Baca juga: 4 Poin Head to Head Boeing vs Airbus, Mana Lebih Unggul?
Bila pilot Airbus A350 ingin menerbangkan Boeing 737, ia harus mengambil lisensi pesawat itu dan biayanya sangat mahal. Itulah jawaban mengapa sebuah maskapai ada yang mempunyai satu tipe pesawat saja, seperti Ryanair dan Southwest Airlines hanya menerbangkan keluarga Boeing 737 serta short range British Airways dan Lufthansa yang seluruhnya terdiri dari pesawat keluarga Airbus A320.
Singkatnya, pilot pesawat Boeing tidak bisa menerbangkan pesawat Airbus tanpa melewati sertifikasi pesawat yang ingin diterbangkan. Begitu juga sebaliknya.