Monday, November 25, 2024
HomeBus AKAPBioskop Berjalan yang "Panas" Itu Bernama Bus Malam

Bioskop Berjalan yang “Panas” Itu Bernama Bus Malam

Televisi di bus antarkota antarprovinsi (AKAP) jarak jauh atau bus malam saat ini mungkin bukan lagi fasilitas yang menarik bagi sebagian penumpang. Karena mereka lebih memilih sibuk dengan ponselnya masing-masing untuk membunuh kebosanan sepanjang perjalanan.

Baca juga: Fasilitas Telepon di Bus AKAP, dari Bintang Kedjora Hingga Harapan Jaya

Kondisi yang jauh berbeda dibandingkan dengan dua atau tiga dekade lalu. Saat penumpang masih menjadikan televisi di bus malam sebagai sarana untuk membunuh kebosanan selama perjalanan.

Tak sedikit penumpang yang mempertimbangkan keberadaan televisi atau bahkan apa yang diputarkan oleh fasilitas itu. Mereka kala itu cenderung memilih bus malam yang memutarkan film-film terbaru atau malah film “panas”.

Pada masa itu, televisi di bus malam, khususnya kelas eksekutif atau super eksekutif biasanya menayangkan film-film Holywood atau film-film box office terbaru. Biasanya film-film dari grup lawak Warkop DKI juga ikut diputar sebagai selingan.

Film-film tersebut diputarkan melalui perangkat Video Home System (VHS) atau Betamax. Pada awal 2000-an perangkat tersebut kemudian digantikan oleh View CD (VCD) dan Digital Video Disc (DVD) yang jauh lebih ringkas.

Beberapa PO pada awal dihadirkannya fasilitas itu bahkan mempromosikannya menggunakan tulisan besar di kaca. Seperti contoh adalah Perusahaan Otobus (PO) ANS yang menuliskan “Video TV Berwarna JVC” di kaca depan unitnya untuk menarik perhatian calon penumpang pada dekade 1980-an.

Ada cerita menggelitik soal televisi yang terpasang di bus malam. Saat sebagian penumpang, terutama wanita sudah tertidur pulas, sebagian awak bus kerap menyetel film-film “panas” atau film semi porno.

Entah apa tujuannya, kemungkinan besar adalah untuk menghibur diri di tengah perjalanan. Tetapi hal ini tentu saja tak bisa dibenarkan, apalagi untuk pengemudi karena bisa memecah konsentrasi mereka.

Yusuf, wiraswasta asal Malang pada medio 1990-an kerap wara-wiri Jakarta-Malang pulang pergi (PP) menggunakan bus malam. Kala itu dia masih duduk di bangku kuliah dan bus pilihannya adalah bus yang awaknya senang menyetel film “panas”.

“Biasanya ada yang suka setel film semi begitu. Saya hafalin mereka sama bisnya, kalau mereka jalan saya ikut mereka. Di pas-in sama jadwal mereka. Nonton film gitu,” katanya sambil terkekeh.

Alasannya sederhana saja, mencari hiburan yang berbeda. Sebab, pada masa itu pemutar video adalah benda mewah. Kemudian untuk menikmati konten “esek-esek”, pilihannya hanya buku cerita “panas” atau stensilan, salah satunya adalah karangan Enny Arrow.

“Namanya juga penasaran, katanya di bis disetel begitu ya kita jadi pengen kan? Mau liat begitu dimana? Enggak ada yang punya pemutarnya karena mahal. Kita puasin aja setiap pergi sendirian dari Malang atau Jakarta. Bosen stensilan melulu,” ujarnya.

Walaupun demikian, Yusuf kerap tidak beruntung meskipun sudah berangkat dengan bus langganannya. Sebab, awak bus juga masih tahu diri dan melihat bagaimana kondisi penumpangnya.

Baca juga: Juanda, Pasar Baru, dan Karet, Nostalgia Bus AKAP Saat Diperbolehkan Masuk Tengah Kota

“Kalau musim libur sekolah banyak anak-anak atau banyak perempuan, apalagi ibu-ibu biasanya kru juga sungkan nyetel begituan. Ya sudah lah kita yang menunggu jadinya tidur saja,” ungkapnya. (Bisma Satri)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru