Boeing 737 (seri MAX) berhasil menyita perhatian akibat serangkaian kecelakaan. Namun, terlepas dari berbagai kecelakaan yang melibatkannya, seri 737 sebetulnya punya keunikan yang mungkin bisa jadi daya tarik bahkan pembeda dibanding kompetitornya, khususnya pada seri A320. Salah satunya terletak pada bagian bawah mesin yang rata alias tidak bulat sempurna.
Baca juga: Skak Mat! Boeing Kedapatan ‘Membual’ Ketika Pasarkan 737 MAX
Dilansir simpleflying.com, Senin, (3/2), latar belakang khusus menjadi alasan Boeing untuk membuat desain seperti itu. Latar belakang khusus dalam artian, prinsip-prinsip dasar desain awal Boeing 737 dibuat memang untuk bandara-bandara tua yang minim infrastruktur. Bahkan, beberapa di antaranya, tidak memiliki mobil tangga serta garbarata. Kala itu, sekitar tahun 60-an, pesawat memang harus memiliki (khususnya pintu kargo) yang mudah dijangkau oleh operator tanpa bantuan tangga atau alat bantu lainnya.
Dengan berbagai pertimbangan itu, akhirnya, pesawat yang diberi gelar oleh Boeing sebagai Fat Little Ugly Fella tersebut akhirnya didesain untuk dapat beroperasi serendah mungkin, bahkan dengan badan pesawat bagian bawah yang hampir menyentuh daratan sekalipun.
Oleh karenanya, agar pesawat mudah dibuat rendah, mesin pesawat sengaja dibuat rata pada bagian bawahnya. Di samping itu, teknologi pada waktu tersebut juga memang belum menemukan apa yang disebut sebagai bypass ratio, yakni sebuah teknologi yang memaksimalkan udara di dalam mesin untuk mencapai tingkat efisiensi berlebih. Untuk mendapatkan lebih banyak udara ke dalam mesin, pesawat membutuhkan turbin yang lebih besar didukung dengan tenaga dari kipas yang lebih besar pula. Hal itu hanya bisa dibuat dengan menambahkan ketinggian pesawat agar mesin pesawat tidak menyentuh daratan. Tak heran, bila pesawat yang juga disebut Baby Boeing ini akhirnya didesain dengan mesin rata pada bagian bawah.
Boeing sebetulnya bisa saja memindahkan mesin ke area yang berbeda dari pesawat (seperti model trijet atau overwing). Tetapi hal itu akan mengubah desain aerodinamis pesawat secara signifikan. Bila hal itu terjadi, artinya, pilot harus berlatih dan juga disertifikasi ulang. Tentu membutuhkan waktu yang tak sebentar dan tentu saja bukan pilihan yang baik di tengah persaingan usaha yang ketat.
Baca juga: Benarkah Boeing Gadaikan Faktor Keselamatan 737 MAX Demi Kas Perusahaan?
Seri klasik Boeing 737 (-300 -400 -500) sendiri adalah seri pertama yang menampilkan mesin CFM56, mashur dikenal dengan desain non-bundar atau ‘hamster pouch’. Seiring berjalannya waktu, saat teknologi tersebut ditemukan (khususnya ketika teknologi bypass ratio diaplikasikan pada Airbus A320) desain mesin rata pada bagian bawahnya kemudian mulai ditinggalkan.
Akan tetapi, entah apa yang ada dibenak Boeing, meskipun saat ini garbarata dan alat pendukung lainnya sudah ada, tak seperti saat pertama kali seri 737 diluncurkan, pabrikan pesawat asal negeri Paman Sam tersebut masih juga mempertahankan desain flat pada bagian bawah mesin. Contoh teranyar mungkin bisa dilihat dari seri varian 737 MAX.