Masih hangat dalam ingatan, pada 29 Oktober 2018, pesawat Boeing 737 Max 8 Lion Air JT-610 dilaporkan lost contact dan kemudian diketahui jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Bila dicermati, hampir sebagian besar media massa dan publik langsung merujuk ke situs flightradar24.com yang menampilkan jejak visual pesawat tersebut sesaat sebelum hilang kontak.
Baca Juga: Delapan Aplikasi Ini Bisa Pantau Pergerakan Pesawat via Smartphone
Informasi visual dan data pesawat yang disajikan flightradar24.com terbilang komplit untuk ukuran pembaca awam. Dari sana bisa diketahui informasi ketinggian, kecepatan, tujuan penerbangan dan pastinya status realtime posisi pesawat yang dimaksud. Nah, yang menjadi pertanyaan, dari manakah sumber informasi flightradar24 tersebut?
Jelas sumbernya bukan dari ground radar yang ada di Bandara Soekarno-Hatta atau pun Bandara Halim Perdanakusuma, persisnya detail informasi di flightradar24.com mengacu pada output yang diperoleh dari Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B).
Perangkat ADS-B ini melekat pada pesawat terbang, dan selama pesawat mengudara, transponder ADS-B otomatis mengirimkan secara broadcast data tentang koordinat GPS dan status serta parameter pesawat. Sementara unit pemerima sinyal ADS-B disebut ADS-B Ground Station. Berdasarkan informasi dari Direktorat Navigasi Penerbangan menyebutkan sudah terdapat 30 unit ADS-B Ground Station yang telah dipasang di seluruh Indonesia dan dioperasikan oleh Airnav. Output informasi dan data dari ground station tersebut yang akhirnya bermuara pada penyajian di flightradar24.com.
Karena sifatnya aggregator dari ADS-B ground station di seluruh dunia, maka Anda anytime dapat memantau penerbangan komersial yang sedang berlangsung di seluruh penjuru dunia, tinggal geser peta Google Maps, selanjutnya kita dapat melihat pergerakan pesawat layaknya seorang petugas Air Traffic Control (ATC).
ADS-B merupakan perubahan besar dalam filosofi surveillance (pengamatan atau pengawasan) – dari yang awalnya hanya menggunakan radar di darat untuk mendeteksi pesawat terbang dan menentukan posisi mereka, namun sekarang setiap pesawat terbang telah menggunakan sistem Global Positioning System (GPS) untuk menemukan posisinya sendiri dan kemudian secara otomatis melaporkannya ke darat. Posisi GPS yang dilaporkan oleh ADS-B menjadi lebih akurat dibandingkan dengan posisi radar saat ini dan lebih konsisten.
Sederhananya adalah, ADS-B merupakan salah satu alat bantu navigasi yang menggunakan teknologi satelit untuk pengawasan posisi pesawat selama melakukan pergerakan dan secara berkala memberikan siaran informasi kepada alat navigasi di pesawat, pilot, dan Air Traffic Control (ATC).
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman airnavindonesia.co.id, informasi yang diterima oleh pilot dan ATC ini sebagai pengganti radar sekunder dan memberikan kesadaran situasional serta memungkinkan untuk mendapatkan data setiap saat
Karena perannya yang cukup vital dalam dunia penerbangan, Kementerian Perhubungan RI telah mewajibkan setiap pesawat komersial yang beroperasi di Indonesia untuk melengkapi setiap armadanya dengan ADS-B.
“Adapun tujuan penggunaan ADS-B ini adalah peningkatan pelayanan yang berdampak positif terutama kepada pengguna jasa dan sekaligus Perum LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia),” ujar Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono.
Baca Juga: Inflighto, Mudahkan Penumpang Berbagi Keindahan dari Dalam Pesawat
“Bagi Perum LPPNPI, pemasangan ADS-B ini merupakan bentuk solusi yang tepat, efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan program peningkatan kapasitas ruang udara dari non surveillance service dengan kapasitas yang sedikit menjadi surveillance services dengan kapasitas yang lebih banyak,” tambah Wisnu.