Belum lekang sepenuhnya buntut dari isu penyelundupan onderdil motor gede (moge) Harley Davidson dan sepeda Brompton dari tubuh BUMN Garuda Indonesia, kini pihak maskapai harus kembali menjadi sorotan publik. Dikabarkan pada Sabtu (28/12) kemarin, salah satu pesawat Boeing 737 mengoperasikan rute penerbangan Biak – Makassar mengalami pecah ban di Bandara Frans Kaiseipo sekitar pukul 11.00 WIT. Adapun informasi ini diperoleh dari Posko Terpadu Natal dan Tahun Baru Bandara Frans Kaiseipo.
Baca Juga: Mendebarkan! Pesawat Ini Landing Tanpa Roda
Dari informasi yang diperoleh, hingga sekira pukul 15.30 WIT, pesawat terkait masih tampak terparkir di apron Bandara Frans Kaiseipo karena menunggu perbaikan pada ban sebelah kanan yang pecah. Dilansir KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, sekitar seratus lebih penumpang ‘terdampar’ akibat insiden ini. Beberapa keluarga penumpang Garuda Indonesia GA651 dari Biak juga mengaku batal berangkat ke Makassar dan Jakarta.
Menurut penuturan salah satu penumpang, “Semua penumpang pesawat batal berangkat dan kembali ke rumah menunggu jadwal keberangkatan Minggu 29 Desember 2019,”
Hal yang sama juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Perhubungan Biak, Francisco Olla. Dirinya mengkonfirmasi insiden pecah ban pesawat Garuda Indonesia saat mendarat di Bandara Biak.
“Bagaimana kronologis secara detail saya masih menunggu informasi dari pihak Angkasa Pura I dan Stasiun Manager Garuda di Bandara Frans Kaisiepo,” ujar Fransisco.
Baca Juga: Insiden Landing Gear Boeing 737-800 SpiceJet, Drama Pendaratan Darurat Yang Dramatis!
Insiden pecah ban semacam ini tentunya sudah bukan menjadi hal yang asing lagi di dunia penerbangan. Penyebabnya pun beragam, mulai dari perawatan ban pesawat yang kurang optimal, fatigue pada ban, hingga hard-landing (pendaratan yang kasar).
Namun sebelum membahas tentang penyebab pecah ban pesawat lebih lanjut, ada baiknya Anda mengetahui terlebih dahulu sedikit informasi tentang ban pesawat. Tidak seperti ban pada umumnya, ban pesawat ini memiliki lapisan nilon khusus yang tertanam di balik tapak ban. Setiap lapisan ban pesawat berkontribusi terhadap bantalan beban dan kemampuan menahan tekanan udara.
Mengutip dari laman wired.com, kendati ban pesawat ini memiliki kekuatan yang melebihi ban-ban kendaraan pada umumnya, namun bukan berarti ban pesawat tidak bisa gagal atau malfungsi. Malfungsi yang terjadi pada ban pesawat ini utamanya terjadi manakala ban mengalami under-inflated (kurang angin atau kempes) atau overload (tekanan udara di dalam ban melebihi batas). Jika salah satu dari dua skema di atas terjadi, maka bukan tidak mungkin jika tapak ban akan lepas dan berujung pada ledakan pada ban.
Kurangnya perawatan pada ban, waktu pakai yang melebihi batas, hingga gesekan antara ban dengan landas pacu yang terlalu kuat pada akhirnya bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sebuah ban pesawat meledak. Namun kembali pada pernyataan Kepala Dinas Perhubungan Biak di atas, untuk kasus Garuda Indonesia ini, penyebab meledaknya ban masih didalami oleh pihak terkait.