Rasanya jalur KA timur Pulau Jawa tak ada habisnya untuk dibahas. Mulai dari spot menarik untuk diabadikan dalam bentuk gambar, hingga jalur KA-nya yang penuh dengan sejarah panjang. Nah, kabarpenumpang kali ini akan mengajak pembaca untuk melihat stasiun kecil di jalur bersejarah wilayah Daerah Operasi (Daop) 9 Jember ini.
Stasiun Malasan (MLS) merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Malasan Wetan, Tegalsiwalan, Probolinggo; termasuk dalam Daerah Operasi IX Jember pada ketinggian +138 meter. Dengan bangunan stasiunnya yang sederhana, Stasiun Malasan hanya memiliki 2 jalur yang tersedia dan tidak melayani naik dan turun penumpang.
Stasiun ini merupakan stasiun yang letaknya paling selatan di Kabupaten Probolinggo. Stasiun ini terletak agak masuk ±200 m sebelah kiri dari jalan raya Lumajang-Probolinggo, setelah perlintasan sebidang jalan raya tersebut bila mengarah dari utara.
Sebagai informasi, stasiun dengan sistem persinyalan mekanik yang berada di petak antara Stasiun Ranuyoso dan Stasiun Leces ini ternyata sudah berusia lebih dari 1 abad. Bangunan Stasiun Malasan ini merupakan bangunan peninggalan Hindia Belanda. Pembangunan stasiun ini bersamaan dengan adanya pembangunan jalur rel kereta api dari Pasuruan-Probolinggo-Klakah yang dikerjakan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah di Hindia Belanda, Staatsspoorwegen, dari tahun 1884 hingga tahun 1895.
Stasiun ini diresmikan pada 1 Juli 1895 bersamaan dengan stasiun-stasiun lainnya yang ada di jalur rel Probolinggo-Klakah. Jalur tersebut merupakan bagian dari proyek jalur kereta api di Jawa untuk line menuju bagian timur (Oosterlijnen) sepanjang 74 kilometer. Pengerjaannya dimulai dari Pasuruan menuju Probolinggo dan selesai pada tahun 1884, selang sepuluh tahun barulah dilanjutkan pengerjaannya dari Probolinggo menuju Klakah.

Saksi Bisu Penurunan Penumpang yang Melanggar Peraturan
Sebagai informasi bahwa stasiun ini tidak untuk digunakan sebagai naik/turun penumpang, ternyata ada kisah yang tersebar di media sosial yang menjadikan stasiun ini ramai diperbincangkan. Ya, informasi yang belum lama ini mengungkapkan bahwa adanya ketidaktertiban penumpang kereta api sehingga harus turun di Stasiun Malasan ini.
Ya, dari banyak kabar yang beredar bahwa salah seorang penumpang KA Sri Tanjung relasi Ketapang-Lempuyangan, kedapatan merokok elektrik (vape) diatas kereta. Penumpang itu kedapatan merokok vape oleh petugas On Train Cleaning (OTC) di bordes antara sambungan kereta ekonomi 6-7.
OTC kemudian melaporkan kejadian tersebut ke kondektur dan berkoordinasi dengan Polsuska (Polisi Khusus Kereta Api). Padahal sudah jelas sebelumnya peringatan sesuai dengan regulasi yang menyatakan bahwa perjalanan kereta api bebas asap rokok, sudah diinformasikan melalui pengeras suara yang didalam kereta selama perjalanan berlangsung. Setelah diketahui penumpang tersebut melanggar, akhirnya diturunkan di stasiun yang terdekat saat kereta memacu perjalanannya. Stasiun Malasan menjadi stasiun terdekat untuk penumpang yang melanggar tersebut diturunkan.
Jalur Ekstrem, Stasiun Malasan Dilengkapi ‘Sepur Luncur’
Stasiun yang berlokasi di Jalan Stasiun Malasan, Dusun Krajan RT. 08 RW. 02 Desa Malasan Wetan, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur ini bila ditelaah memiliki jalur dengan tanjakan/turunan agak curam.
Dengan jalur yang bisa dibilang ekstrem ini memiliki keamanan untuk perjalanan kereta api. Sepur lurus di Stasiun Malasan ini berada dijalur 2. Nah, di jalur 2 inilah Stasiun Malasan memiliki jalur khusus yang dinamakan ‘sepur luncur’. Alasan dibuatnya sepur luncur ini, tentu saja untuk menghindari perjalanan kereta api yang tidak bisa dikendalikan. Jika tidak ada kereta api melintas, wesel jalur 2 berada diposisi sepur luncur. Namun, jika kereta api akan melintas normal, wesel sepur luncur ditutup mengarah ke jalur raya.

Informasi tambahan bahwa Stasiun Malasan ini merupakan stasiun yang kecil dan lokasinya berada sudut permukiman yang masih jarang atau belum padat, sehingga stasiun ini tidak memperlihatkan aktivitas stasiun pada umumnya, yaitu menaikkan maupun menurunkan penumpang. Stasiun itu hanya untuk persilangan dan persusulan antarkereta api yang melintas di jalur tersebut, sehingga setiap harinya stasiun ini terlihat sepi.