Hadirnya electronic money atau yang akrab disingkat e-money merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam mewujudkan program cashless society (Gerakan Non Tunai). Jika diperhatikan dengan seksama, skema penggunaan e-money dapat mempermudah setiap penggunanya dalam bertransaksi, terutama para pengguna jasa transportasi seperti TransJakarta, Commuter Line Jabodetabek, hingga pengguna ruas tol.
Khusus para pengguna ruas jalan tol, sudah wajib hukumnya bagi mereka untuk memiliki e-money, karena transaksi di gerbang tol sudah tidak lagi melayani pembayaran menggunakan uang tunai. Lain cerita dengan Commuter Line Jabodetabek yang masih bisa membayar tunai untuk mendapatkan Tiket Harian Berjamin (THB).
Tentu saja, hadirnya sistem pembayaran baru semacam ini membawa keuntungan dan kerugian, tergantung dari sudut mana Anda melihatnya. Efek positif dari pengaplikasian sistem pembayaran menggunakan e-money adalah kemudahan dalam bertransaksi, tidak perlu lagi ribet membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak, serta mempercepat pembayaran (tidak pelu menunggu kembalian, dan lain-lain).
Namun seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, e-money sendiri secara tidak langsung mendorong seseorang menjadi pribadi yang konsumtif. Di sini, para penggunanya seolah tidak lagi perduli dengan pengeluaran kecil (receh) atau yang sering disebut latte factor. “Setiap bulan, kita mengeluarkan uang secara rutin untuk hal-hal yang sebenarnya tak terlalu penting dan bisa kita hindari,” ungkap seorang penulis di dunia finansial asal Amerika, David Bach.
Pribadi konsumtif tersebut semakin diperparah dengan sinergi yang dilakukan oleh dua kubu penyedia layanan e-money. Ya, semisal pada awal peluncurannya, Anda sudah mengisi ulang e-money khusus untuk perjalanan menggunakan KRL selama satu minggu dengan nominal Rp100.000. Namun ketika penggunaannya sudah menyebar dan sudah banyak toko yang menerima pembayaran menggunakan e-money dengan iming-iming promo menarik, maka kemungkinan besar Anda akan lebih memilih untuk membayarnya menggunakan e-money ketimbang uang tunai.
Baca Juga: Polemik Biaya Ekstra di Top Up Kartu Uang Elektronik, Setujukah Anda?
Hal-hal semacam itulah yang akhirnya membuat sebagian orang berspekulasi bahwa hadirnya e-money dalam kehidupan mereka hanya semakin membengkakkan dompetnya. Hakikatnya, saldo yang tertera pada e-money Anda adalah alat pembayaran sah dalam bentuk virtual dan memiliki fungsi yang sama dengan uang tunai.