Ketika ada banyak negara di luar sana yang menggunakan drone atau pesawat nirawak sebagai angkutan penumpang – atau bahkan moda pengantar barang, namun lain cerita dengan maskapai plat merah Tanah Air, Garuda Indonesia. Perusahaan yang dinakhodai oleh Ari Askhara cs. ini dikabarkan baru saja memesan tiga drone dari Negeri Tirai Bambu guna memperkuat sektor akomodasi kargo mereka. Ya, drone rakitan Beihang UAS Technology Co. Ltd. memang tergolong sebagai drone dengan body bongsor alias besar.
Baca Juga: Mulai 1 April, Garuda Indonesia Alihkan Penerbangan Rute Surabaya-Jember ke Citilink
Adalah Harbin BZK-005, drone HALE (High Altitude Long Endurance) ini mampu merengkuh kecepatan 150 hingga 180 km/jam dengan ketinggian pengoperasian berada di titik lima hingga tujuh kilometer. Menurut Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan, pesawat nirawak ini tidak membutuhkan landas pacu yang panjang untuk take-off.
“Jadi runway yang dibutuhkan itu sekitar 500 hingga 600 meter saja,” tutur Ikhsan ketika dihubungi KabarPenumpang.com (2/4/2019).
“Pun dengan wilayah operasinya, drone ini akan ditempatkan di wilayah remote saja,” tandasnya.
Nah, alih-alih mengangkut kargo dari wilayah remote menuju kota-kota besar di pelosok negeri, drone Cina ini akan ditujukan sebagai pengumpan (feeder) saja.
“Nantinya kargo akan dibawa dari wilayah remote menuju kota besar dengan menggunakan drone ini, dan seterusnya (kargo) akan dipindahkan menuju pesawat yang lebih besar. Mungkin drone ini nantinya akan kita operasikan di Kalimantan atau Papua,” terang Ikhsan.
Sementara itu, mengutip dari laman indomiliter.com (1/4/2019), Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara menegaskan bahwa akuisisi drone ini ditujukan untuk pengembangan bisnis kargo flag carrier Indonesia tersebut.
“Drone yang ingin kami datangkan senilai US$1 juta per unit, sedangkan pesawat ATR 72-600 saja nilainya sampai US$22 juta per unit. Itu belum dihitung biaya lain seperti pilot dan set kru,” tutur Ari.
Ari menambahkan pada tahap awal sebanyak tiga unit akan didatangkan. Pengiriman kargo untuk jarak jauh masih akan menggunakan pesawat konvensional seperti A330-300 atau B737-800 NG untuk jarak menengah.
Merujuk pada pernyataan dari Ari tersebut, sudah jelas bahwa pihak Garuda Indonesia ingin meningkatkan efisiensi dan juga meminimalisir risiko. Selain itu, masalah kocek perusahaan juga dapat dihemat apabila Garuda Indonesia mengoperasikan Harbin BZK-005 ketimbang yang sudah disebutkan di atas.