Di bandara sibuk, lalu lintas udara amat padat. Pergerakan pesawat bahkan terjadi setiap menit. Salah sedikit, bukan tak mungkin insiden fatal terjadi dan petugas Air Traffic Controller (ATC) jadi pihak yang paling bertanggung jawab. Terlepas dari insiden kecelakaan, sebetulnya, bagaimana cara ATC mengatur lalu lintas udara, dalam hal ini kedatangan dan keberangkatan pesawat di bandara?
Baca juga: Mengenal Bandara Tanpa ATC, Bisa Sembarang Mendarat dan Lepas Landas?
Sebagaimana umum diketahui, sistem menara ATC terbagi ke dalam tiga bagian: Aerodrome Control Service (biasanya berpartner dengan petugas darat untuk memberikan isyarat kepada pesawat untuk take-off atau landing), Approach Control Service (mengatur ketinggian pesawat), dan Area Control Sevice (memberikan clearance kepada pesawat yang sedang menjelajah).
Bagi bandara kecil yang lalu lintas udaranya tidak terlalu padat, tentu menjadi seorang petugas ATC akan terasa sangat membosankan – berbanding terbalik dengan bandara yang memiliki tingkat lalu lintas udara yang padat, pekerjaan ini akan terasa sangat melelahkan. Lagi, satu poin yang membuat pekerjaan ini terasa semakin berat adalah prinsip zero mistake – dimana salah informasi sedikit saja, maka kekacauan hingga kecelakaan pesawat bisa saja menanti dalam jangka waktu beberapa menit ke depan.
Dilansir Simple Flying, sebetulnya alur kerja ATC bisa dibilang tergolong mudah. Bagi pesawat yang hendak mendarat, ia cukup diatur, diberi space, diberi segala informasi yang dibutuhkan, dipandu, serta diberi clearance. Pun demikian bagi pesawat-pesawat yang hendak lepas landas. Polanya sama. Setelah meninggalkan bandara, pesawat akan terhubung dengan ATC berikutnya sampai ke terhubung ke ATC bandara tujuan untuk diatur, diberi space, diberi segala informasi yang dibutuhkan, serta diberi clearance.
Masing-masing petugas ATC dari yang tiga itu (Aerodrome Control Service, Approach Control Service, dan Area Control Sevice) akan bekerja membantu proses pendaratan dan keberangkatan sesuai dengan porsinya. Tetapi memang, pada praktiknya tak semudah gambaran alur kerja ATC secara umum. Terlebih saat terjadi kabut dan cuaca buruk.
Namun kini jaman sudah berkembang, dimana modernisasi sudah merambah segala sektor – tidak terkecuali di menara ATC. Teknologi Digital Air Traffic Solutions telah dirilis oleh SAAB AB, manukfaktur asal Swedia yang kondang sebagai pemasok sistem senjata mutakhir pada awal tahun 2017 silam.
Baca juga: “Zero Mistake dan Tahan Tekanan,” Jadi Keharusan Bagi Petugas Menara ATC
Dengan itu, Swedia menjadi negara pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan menara jarak jauh atau world’s first remote tower sejak dua tahun silam.
Lewat solusi ini, indera penglihatan sang pengatur lalu lintas ‘diperpanjang’ dengan perangkat kamera yang terpasang pada tower. Dengan teknologi ini, maka tidak ada lagi aktivitas petugas ATC yang mengawasi seluruh pergerakan di sekitaran bandara dari atas menara. Petugas pengatur lalu lintas pun tak harus berada dekat atau di dalam area bandara alias remote.