Pesawat Boeing 737 MAX SpiceJet, dengan nomor registrasi VT-MXX, mengalami masalah pada mesin dan mendarat darurat di Bandara Mumbai setelah memutuskan return to base (RTB), 15 menit setelah lepas landas.
Baca juga: Boeing Pusing Lagi: 737 MAX ‘Sembuh’, 787 Dreamliner ‘Sakit’
Pesawat dengan nomor penerbangan SG467 dari Mumbai ke Kolkata ini diketahui baru saja beroperasi pada akhir Agustus lalu setelah diizinkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara India (DGCA).
Laporan kepala DGCA, Arun Kumar, seperti dilansir Aerotime Aero, insiden Boeing 737 MAX SpiceJet pada 9 Desember 2021 tersebut bermula saat pilot mematikan mesin setelah lampu bypass filter oli menyala. Ketika itu, pesawat sudah berada di ketinggian jelajah. Tak lama setelahnya pilot meminta izin ATC untuk RTB dan mendarat di Mumbai.
Meski belum ada keterangan pasti penyebab insiden pesawat Boeing 737 MAX SpiceJet mendarat darurat, dilihat dari kronologi kejadian, dapat dipastikan bahwa pesawat tersebut memiliki masalah yang berbeda dengan Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS) yang menjadi penyebab kecelakaan dua Boeing 737 MAX Lion Air dan Ethiopian Airlines pada 2018 dan 2019 silam.
Setelah insiden ini, SpiceJet, satu-satunya operator Boeing 737 MAX di India, sementara waktu akan menggrounded 13 armada pesawat tersebut sampai pemeriksaan lebih lanjut oleh regulator dan pihak terkait.
Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mulai mengizinkan Boeing 737 MAX kembali melayani penumpang pada 18 November 2020, disusul regulator penerbangan sipil lainnya di Kanada, Brasil, Panama, Meksiko, Eropa, Cina, Malaysia, Singapura, dan India, beberapa waktu kemudian.
Di Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan selaku regulator masih belum memberikan izin terbang bagi dua operator Boeing 737 MAX, Garuda Indonesia dan Lion Air.
Meski terlihat mudah dan biasanya mengekor pada FAA, tetapi, Kemenhub perlu dilakukan beberapa hal sebelum benar-benar diizinkan, seperti mengerjakan Airworthiness Directives terkait modifikasi fitur MCAS dan turunannya, training pilot, kru kabin, mekanik, teknisi, kru darat, dan sebagainya.
Sementara itu, CEO Boeing, Dave Calhoun, mengungkapkan pihaknya sudah bekerja amat keras untuk memastikan retrofit 737 MAX aman.
Business Insider melaporkan, Boeing telah melalui proses perbaikan selama 400 ribu jam, 1.400 tes dan pengecekan, serta lebih dari 3.000 jam terbang pesawat 737 MAX. Hasilnya, Boeing mengklaim permasalahan software flight control -yang menjadi penyebab dua kecelakaan MAX- telah diselesaikan dengan baik.
Seiring kepercayaan publik terhadap 737 MAX, laporan CNN Internasional, Boeing mulai menambah produksi pesawat tersebut menjadi 19 unit per bulan pada kuartal ketiga, naik dari 16 unit per bulan pada kuartal sebelumnya. Boeing menargetkan produksi pesawat 737 MAX bisa mencapai 31 unit per bulan pada awal 2022.
Baca juga: Setelah Malaysia, Giliran Singapura Izinkan Boeing 737 MAX Kembali Terbang
Boeing juga mengaku sudah mendapat pesanan sebanyak 679 pesawat 737 MAX. Namun, itu belum menggantikan 1.000 pesanan yang dibatalkan pelanggan selama pesawat itu digrounded. Diperkirakan, sebagian besar pesanan pesawat itu akan dikirim pada akhir 2022.
Ini tentu menjadi kepuasan tersendiri bagi Boeing, mengingat 737 MAX sudah menguras kocek perusahaan sangat dalam untuk perbaikan sana sini, ditambah kehilangan begitu banyak pendapatan lantaran maskapai di seluruh dunia ramai-ramai membatalkan pesanan pesawat itu. Tak ada operator yang ingin membeli dan menerima pesawat yang digrounded selama 20 bulan itu.