PT Angkasa Pura I (AP I) melakukan dedikasi untuk berkontribusi membangun negeri tanpa membebani keuangan negara. Dalam hal ini, AP I membangun dan mengembangkan bandara-bandara yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) maupun yang tidak termasuk dengan pembiayaan sendiri baik menggunakan kas internal atau penerbitan obligasi perusahaan.
Baca juga: Gandeng Pelita Air Service, Anak Usaha Angkasa Pura I Luncurkan Layanan Angkutan Kargo
Sebelum melakukan pembiayaan mandiri, AP I mendapat dukungan pendanaan berupa pinjaman dari bank dan lembaga keuangan non-bank dengan nilai keseluruhan Rp5 triliun untuk mendanai pembangunan bandar-bandara naungan mereka. Pendanaan ini bersumber dari Bank Tabungan Negara, PT Sarana Multi Infrastruktur dan BRISyariah.
Direktur Utama PT AP I, Faik Fahmi mengatakan bahwa fasilitas kredit Rp5 triliun bertenor lebih dari sepuluh tahun dengan grace period lima tahun tersebut merupakan bagian dari rencana pemenuhan pendanaan untuk pengembangan bandara AP I di tahun 2018 dan 2019. Sebelumnya, di tahun 2016 AP I telah menerbitkan sukuk ijarah senilai Rp 500 milyar untuk pembiayaan capital expenditure-nya.
“Tahun ini kita melakukan proses pendanaan eksternal sebesar Rp 5 triliun untuk membiayai realisasi capital expenditure (capex) di tahun 2018 dan sebagian di tahun 2019. Di tahun 2019, dengan rencana capex sekitar Rp 17,53 triliun, kami merencanakan pendanaan eksternal sebesar Rp13 triliun, dapat bersumber dari pinjaman lembaga keuangan dan penerbitan obligasi” jelas Faik.
Dalam rencana jangka panjangnya, AP I merencanakan capex senilai Rp 76 triliun untuk tahun 2019-2023. AP I akan mendanai rencana capex tersebut melalui pinjaman dari lembaga keuangan, penerbitan obligasi, sekuritisasi aset dan juga melalui partnership dengan mitra strategis.
“Angkasa Pura I saat ini dihadapi oleh kondisi pertumbuhan penumpang yang jauh lebih tinggi dari kemampuan kami menyediakan kapasitas/lack of capacity. Untuk mengatasi hal tersebut saat ini kami sedang melakukan pembangunan dan pengembangan bandara sebagai upaya kami berkontribusi mendorong perekonomian. Kami harap melalui penandatanganan perjanjian ini dapat mendukung peningkatan kinerja bisnis, meningkatkan kualitas layanan dan kepuasan pengguna jasa di bandara yang kami kelola,” tambah Faik.
Saat ini AP I telah menyelesaikan tiga bandara yang dikelolanya baik dalam proyek pembangunan maupun revitalisasi bandara dan sudah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Ketiga bandara tersebut termasuk PSN yakni pembangunan bandara baru Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo, pengembangan Terminal baru di Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dan pengembangan Terminal baru Bandara Syamsudin Noor di Banjarmasin.
“Sebagai wujud dedikasi kepada negara dalam merealisasikan kemandirian ekonomi daerah melalui pengembangan infrastruktur bandara, Angkasa Pura I membangun dan mengembangkan bandara-bandara kelolaannya melalui pembiayaan mandiri tanpa membebani keuangan negara. Pembiayaan mandiri yang dimaksud yaitu melalui penggunaan kas internal maupun penerbitan obligasi perusahaan. Selain itu, Angkasa Pura I juga senantiasa siap menerima penugasan untuk mengelola dan mengembangkan bandara-bandara yang sebelumnya dikelola oleh Pemerintah,” jelas Faik.
Sebagai informasi, pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon progo menghabiskan dana sebesar Rp10,5 triliun, dimana Rp6,1 triliun digunakan untuk pembangunan fisik dan Rp4,4 triliun untuk pembebasan lahan. Dengan luas terminal sebesar 210 ribu meter persegi dan total luas area bandara mencapai 587 hektar, menjadikan YIA sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan kapasitas saat ini dapat menampung 14 juta penumpang per tahun dan kapasitas ultimate nantinya dapat menampung hingga 24 juta orang per tahun.
Baca juga: Jumlah Penumpang Turun Drastis, PT Angkasa Pura I Kurangi Jam Operasional di 15 Bandara
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani Semarang dibangun dengan investasi sebesar Rp2,075 triliun. Terminal baru ini memiliki luas 58.652 meter persegi, hampir sembilan kali lipat dari luas terminal lama, dan dapat menampung 6,9 juta penumpang per tahun. Sedangkan Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin dibangun dengan nilai investasi sebesar Rp2 triliun memiliki luasan 77.562 meter persegi yang mampu menampung 7 juta penumpang per tahun serta apron atau tempat parkir pesawat yang dapat menampung 14 pesawat narrow body.