Satu lagi ruang lingkup kerja manusia yang akan tergerus oleh perkembangan jaman, yaitu pengatur lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC). Pada awal tahun 2017 kemarin, manukfaktur asal Swedia yang terkenal sebagai pemasok sistem senjata mutakhir, Saab AB merilis sebuah teknologi yang memungkinkan pemangkasan karyawan di dunia pemantauan lalu lintas udara, yaitu Digital Air Traffic Solutions.
Baca Juga: Digital Air Traffic Solutions, Saatnya Menara ATC Dikendalikan Secara Remote
Tentu saja, bukan hal yang aneh ketika teknologi mulai merangsek masuk, maka performa dari ATC itu sendiri akan meningkat. Sebut saja seperti jarak pandang si pengatur lalu lintas akan diperpanjang menggunakan perangkat kamera yang terpasang di sebuah tiang yang di simpan di lokasi strategis. Maka, secara otomatis peran manusia dalam sektor ini akan tergeser oleh teknologi, dan para petugas pengatur lalu lintas udara pun tidak harus berada dekat atau di dalam area bandara.
Digital Air Traffic Solutions menggunakan layar 360 derajat, sehingga petugas pengatur lalu lintas tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan teknologi baru ini. Prinsip dasarnya mirip dengan sebuah simulator. Penggunaan kamera ber-resolusi tinggi dan sensor High Definition (HD) yang terpasang di bandara akan memungkinkan petugas untuk mendapatkan kualitas visual gambar video real time.
Berbasis kamera canggih, petugas malah dapat mendeteksi keberadaan benda-benda yang mencurigakan di area lintasan pesawat, termasuk ketajaman visual pada malam hari. Bila ada obyek yang kurang jelas dilihat, petugas pun tinggal melakukan digital zooming.
Sebagaimana yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman airport-technology.com (12/10/2017), Saab Digital Air Traffic Solutions telah memenangi kontrak kerja sama yang dilayangkan oleh pihak Cranfield University, Inggris, untuk menerapkan sistem kontrol lalu lintas udara digital tersebut di Bandara Cranfield, Inggris.
Wakil Rektor dan Profesor Eksekutif di Cranfield University, Peter Gregson mengatakan bahwa menara kontrol digital tersebut akan memberikan dorongan signifikan terhadap Bandara Cranfield dan menunjang kemampuan riset universitas yang ia naungi. “Mengkombinasikan fasilitas yang ada dengan yang baru akan memperkuat Cranfield sebagai rumah fasilitas penelitian kedirgantaraan terkemuka di Eropa,” ujar Peter.
Baca Juga: Mengenal SkyTeam, Aliansi Penerbangan Internasional Garuda Indonesia
Secara keseluruhan, teknologi ini menggabungkan pemantauan citra dengan sistem lain, seperti tampilan radar, alat bantu navigasi, dan informasi tentang rencana penerbangan serta kondisi cuaca, dimana semua hal tersebut saling berkesinambungan dan dibutuhkan untuk menangani lalu lintas udara. Hingga saat ini, baru Bandara Cranfield saja yang menggunakan teknologi semacam ini di dunia.